Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya termasuk
dalam kawasan karst pegunungan sewu dengan bentang alam yang unik.
Selain fenomena di permukaan (eksokarst) yang berbentuk perbukitan
karst, di Gunungkidul juga terdapat fenomena dibawah permukaan
(endokarst) yang berbentuk sungai bawah tanah, lembah, telaga, hingga
luweng dan goa. Karena itu tak heran jika Gunungkidul memiliki banyak
goa yang terbesar di perut bumi.
Berawal dari datangnya tiga orang perempuan ke Desa Bejiharjo dengan
tujuan untuk mencari buah-buahan, alhasil satu perempuan mendapat satu
buah namun merasa kerepotan untuk mengupas atau membelah buah tersebut,
kemudian bertemu dengan seorang lelaki yang membawa pisau ditangannya,
perempuan tersebut lalu meminjam pisau laki-laki tersebut, sang
laki-laki pun meminjamkan pisaunya dengan berkata: sebenarnya pisau ini
tidak diperuntukkan untuk membelah buah namun karena tidak bisa makan
buah tanpa menggunakan pisau maka ya...sudahlah silahkan dipakai, tapi
pesan saya jangan sampai terkena atau melukai paha anda, kata laki-laki
tersebut.
Berterimakasihlah perempuan tersebut kepada laki-laki itu dikarenakan
mau meminjamkan pisau miliknya. Dengan hati-hari perempuan tersebut
meletakkan buah diatas pahanya dengan maksud mudah untuk membelahnya
namun apa yang terjadi pisau tersebut melukai paha perempuan tersebut
sehingga berdarah dan saat itu juga pisau hilang dalam sekejap. Dengan
rasa malu dan bersalah bercampur penyesalan wanita tersebut memohon maaf
pada laki-laki itu. Lelaki pun berkata : yang sudah terjadi biar itu
berlalu jangan disesali dan jangan bersedih, dengan kejadian yang kamu
alami saat ini maka sesuatu akan terjadi terhadap dirimu dan saya tidakl
bertanggung jawab atas apa yang akan menimpamu, bila suatu hari nanti
mencari diriku, aku di Gunung Merapi ( terletak di Kabupaten Sleman
Yogyakarta).
Seiring berjalannya waktu mengandunglah perempuan yang terkena pisau
tersebut tanpa mempunya suami dan juga tidak melakukan hubungan intim
layaknya suami istri. Perempuan tersebut merasa malu dirinya mengandung
tetapi tidak mempunyai suami. Tiba saatnya jabang bayi yang dikandungnya
lahir, namun apa yang terjadi jabang bayi tersebut berwujud seekor
ular.
Bayi yang berwujud seekor ular telah keluar dari perut seorang
perempuan cantik, dengan keadaan apapun sang ibu tetap merawat anaknya
yang berwujud ular dengan memberi nama JOKO SENGUNGLUNG, namun para
tetangga ketakutan dengan keberadaan sang bayi berwujud ular. Dengan
terpaksa sang ibu pun memasukkan anaknya kedalam kenteng (batu putih
yang ditatah sehingga menjadi bentuk peti dengan lubang diatas terbuka),
kemudian dikuburnya dengan car menimbun dengan bebatuan.
Dalam keadaan terkubur dalam bebatuan ular tetap mampu bertahan
hidupdengan mengandalkan makanan dari bangkai lowo (kelelawar) yang mati
disekitarnyam maka tempat tersebut dinamakan MALOWOPATI, yang bisa
diartikan mangan lowo mati (bahasa jawa), dengan bahasa indonesia; makan
kelelawar mati.
Dengan berjalannya waktu, bayi ular yang bernama Joko Sengunglung
semakin besar, kemudian berusaha untuk keluar dengan cara mengais
bebatuan disekitarnya. Ular berhasil keluar meninggalkan bekas lubang
sampai sekarang menjadi tempat mengalirnya air sungai bawah tanah dan
ditempat ini aliran sungai muncul ke permukaan, maka tempat/lubang
tersebut diberi nama SUMUR MODAL.
Ular berjalan mencari sang ibu dan bertemulah dengan ibunda. Dengan
keyakinan ular berkata kepada ibunda; bahwa dirinya dilahirkan oleh ibu,
maka pasti punya seorang ayah, siapa dan dimanakah ayah saya bunda?
Sang ibu ularpun menunjukkan keberadaan sang ayah dengan menunjuk ke
arah barat daya tertuju pada puncak Gunung Merapi (yang terletak di
Kabupaten Sleman Yogyakarta).
Joko Sengunglung memohon doa restu kepada ibunda untuk mencari sang
ayah di gunung Merapi. Perjalan dimulainya menuju arah Gunung Merapi.
Perjalanan dimulainya menuju arah Gunung Merapi, kemudian berhenti
sejenak mencari makanan, satu buah ditemukan bernama suru uwoh; suru
nama buah sedang uwoh yang berarti buah, kemudian tempat tersebut diberi
nama SRUWOH.
Untuk mencari sang ayah yang berada di Gunung Merapi Joko Sengunglung
melewati celah-celah bebatuan kapur dibawah gunung, sehingga merasa
kesulitan untuk menembus, yang akhirnya dihentikan sementara
perjalanannya menuju Gunung Merapi untuk berdoa (menghentikan untuk
berdoa, dalam bahasa jawa : diseget kanggo ngadang ). Ngadang artinya
menengadah pada illahi, sedang disiget artinya dihentikan, kemudian
tempat tersebut diberi nama Gedang (Disiget kanggo ngadang). Gedang
merupakan sumber mata air (Sumber Gedang) dan digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari bagi warga sekitar dengan cara di pompa dan dialirkan
melalui pipa-pipa kerumah warga.
Perjalanan dilanjutkan dengan cara menembus bebatuan sehingga
meninggalkan bekas lubang yang sekarang disebut Goa. Berbagai halang
rintang dilewatinya , sesampai dibawah gunung kecil (khas pegunungan
seribu) Joko Sengunglung mendapat kesulitan lagi hingga bagian kepala
kebendul batu (kebendul artinya terbentur benda diatasnya) hingga
kesakitan, kemudian tempat tersebut diberi nama BANYUMOTO (airmata).
Banyumoto berada tepat dipintu keluar Goa Pindul.
Perjuangan menmbus celah-celah bebatuan dilanjutkan hingga sampai
dibukit kecil pinggir persawahan yang masyarakat sekarang menyebut goa
gelatik. Ditempat ini Joko Sengunglung mempunyai keturunan/anak cucu
yang bernama Buhu, Kikik dan Kembang, anak cucu ditinggal di goa gelatik
dan dititipkan pada ibunya, sehingga tempat ini dinamakan Goa Gelati
yang artinya Gelane Sethithik (rasa kecewa cuma sedikit).Di tempat ini
masyarakat sekitar diberi pesan, bila melihat sebatang kayu melintang
didalam goa katakan saja itu sebatang kayu (bila seseorang mempunyai
kelebihan dan bisa melihat dimensi lain itu merupakan seekor ular)karena
tidak akan mengganggu orang yang melewati goa ini.
Anak cucu dititipkannya oleh ibundanya, kemudian Joko Sengunglung
melanjutkan perjalanan untuk menemui sang ayah. Sesampailah Joko
Sengunglung di Gunung Merapi, percapakapan terjadi antara joko
sengunglung dengan ayahnya, singkat cerita sang ayah mau mengakui bahwa
Joko Sengunglung adalah anaknya dengan catatan Joko Sengunglung harus
mampu melingkari Gunung Merapi dengan tubuhnya, maka disanggupinya oleh
Joko Sengunglung. Setelah gunung dilingkari ternyata badan Joko
Sengunglung belum mampu melingkari, kurang lebih masih kurang sejengkal
tangan (sekilan ; bahasa jawa). Joko Sengunglung bertanya pada ayahnya,
apa boleh kekurangan ini disambung dengan lidahnya, silahkan saja, yang
penting harus mampu melingkari penuh gunung ini, kata ayahanda, maka
disambunglah dengan lidahnya, dan alhasil gunung mampu dilingkari penuh
oleh Joko Sengunglung, namun seketika hempasan pedang menyertainya
wuuuueees mengenai lidah Joko Sengunglung hingga lidah terputus dan
lidahpun menjelma menjadi tombak. Tombak tersebut bernama Tombak Baru
Klinting (Tombak baru klinting sangat terkenal di babat tanah jawa).
Cerita ini masih berlanjut dan saling terkait dengan cerita rakyat
ditanah jawa (babat tanah jawa), sehingga bisa diketahui bahwa ibu dari
Joko Sengunglung adalah seorang Dewi yang bernama Dewi sekar tanjung
yang saat itu digandrungi/menjadi rebutan para bangsawan,antara lain
Angling Darma, Slogoimo dan Ndaru Beksi dari gunung lawu. Disekitar desa
Gelaran II Dewi Sekar Tanjung bermukim di sebuah bukit keciil yang
sekarang tempat ini dinamakan gunung tanjung.
Sumber http://jogjaadventurecamp.com/2012/06/cerita-dari-goa-pindul/