1. Meratapi mayat
• Hadis riwayat Usamah bin Zaid ra., ia berkata:
Kami
sedang berada di dekat Rasulullah saw. ketika seorang di antara putri
beliau menyuruh seseorang memanggil beliau dan memberi kabar bahwa anak
putri beliau itu sedang menghadapi maut, Rasulullah saw. bersabda kepada
utusan tersebut: Kembalilah dan kabarkan kepadanya bahwa apa yang Allah
ambil dan Allah berikan adalah milik-Nya semata. Segala sesuatu di
sisi-Nya adalah dengan batas waktu tertentu. Suruhlah ia untuk bersabar
dan mengharap pahala. Utusan itu kembali dan berkata: Dia berjanji akan
memenuhi pesan-pesan itu. Lalu Nabi saw. berdiri diikuti oleh Saad bin
Ubadah dan Muadz bin Jabal. Aku pun (Usamah bin Zaid) ikut berangkat
bersama mereka. Kepada Rasulullah saw. anak (dari putri beliau)
diserahkan dan jiwanya bergolak seperti berada dalam qirbah (tempat air)
tua. Kedua mata Rasulullah saw. menitikkan air mata. Lalu Saad
bertanya: Apa arti air mata itu, ya Rasulullah? Rasulullah saw.
bersabda: Ini adalah rahmat (kasih sayang) yang diletakkan Allah dalam
hati para hamba-Nya. Sesungguhnya Allah mengasihi para hamba-Nya yang
pengasih. (Shahih Muslim No.1531)
• Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
Saad
bin Ubadah mengalami sakit keras, lalu Rasulullah saw. menjenguknya
bersama Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abu Waqqash dan Abdullah bin
Masud. Ketika beliau tiba, beliau mendapatinya dalam keadaan tidak
sadarkan diri. Rasulullah saw. bertanya: Apakah ia telah meninggal
dunia? Orang-orang yang hadir di sana menjawab: Belum, ya Rasulullah.
Kemudian Rasulullah saw. menangis. Ketika para sahabat melihat tangis
Rasulullah saw., mereka ikut menangis. Lalu Rasulullah saw. bersabda:
Tidakkah kalian mendengar bahwa sesungguhnya Allah tidak menyiksa karena
air mata dan atau karena kesedihan hati. Tetapi Dia menyiksa atau
mengasihi sebab ini. Beliau menunjuk ke lidah beliau (maksudnya karena
ratapan yang diucapkan lidah karena menolak qada dan takdir Allah atas
si mayit). (Shahih Muslim No.1532)
2. Kesabaran adalah pada awal tertimpa musibah
• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sabar itu pada awal kejadian. (Shahih Muslim No.1534)
3. Mayit disiksa karena ratapan (penyesalan) keluarganya
• Hadis riwayat Umar ra.:
Bahwa
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya mayit akan disiksa karena tangis
ratapan (penyesalan) keluarganya. (Shahih Muslim No.1536)
• Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:
Dari
Abdullah bin Abu Mulaikah, ia berkata: Aku sedang duduk di samping Ibnu
Umar. Kami sedang menunggu jenazah Ummu Aban binti Usman. Bersamanya
juga ada Amru bin Usman. Kemudian Ibnu Abbas datang dituntun oleh
seseorang yang menunjukkan tempat Ibnu Umar. Ibnu Abbas datang dan duduk
di sampingku. Aku berada di tengah-tengah antara Ibnu Umar dan Ibnu
Abbas. Tiba-tiba terdengar suara dari rumah. Lalu Ibnu Umar berkata:
Nampaknya ia berusaha menghalangi Amru untuk berdiri guna melarang
mereka. Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya
mayit itu akan disiksa karena tangis ratapan keluarganya. Ia berkata:
Abdullah menjadikannya mutlak (sebelumnya adalah dengan bersyarat). Ibnu
Abbas berkata: Kami sedang bersama Amirul mukminin Umar bin Khathab.
Ketika kami tiba di Baida, tiba-tiba ada seseorang yang berteduh di
bawah sebatang pohon. Amirul mukminin berkata kepadaku: Pergi dan lihat
siapa orang itu! Aku pun pergi, ternyata orang itu Shuhaib. Aku kembali
kepada Umar dan berkata: Engkau menyuruhku untuk melihat siapa orang
itu. Dia adalah Shuhaib. Umar berkata: Suruh ia ikut bersama kita! Aku
berkata: Jika ia bersama keluarganya? Umar berkata: Walaupun bersama
keluarganya. Atau mungkin Ayyub berkata: Suruhlah ia menemuiku. Tidak
lama setelah kami datang Amirul mukminin terkena musibah. Shuhaib datang
menemuinya sambil meratap: Aduh saudaraku! Aduh temanku! Umar berkata:
Tidakkah engkau tahu (atau tidakkah engkau mendengar) Ayyub berkata:
Belum tahukah engkau atau Belum mendengarkah engkau bahwa Rasulullah
saw. bersabda: Sesungguhnya mayit itu akan disiksa karena tangis ratapan
keluarganya. Adapun Abdullah ia menjadikannya umum, adapun Umar ia
berkata: Pada keadaan tertentu. Maka aku (Abdullah bin Abdullah bin Abu
Mulaikah) berdiri dan menemui Aisyah dan bercerita kepadanya apa yang
dikatakan oleh Ibnu Umar Aisyah berkata: Tidak, demi Allah! Rasulullah
saw. sama sekali tidak bersabda: Sesungguhnya mayit akan disiksa sebab
tangis seseorang. Tetapi beliau bersabda: Sesungguhnya orang kafir itu
ditambah siksanya oleh Allah sebab tangis keluarganya Sungguh, Allah
adalah Zat yang membuat tertawa dan membuat menangis. Dan seseorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.. (Shahih Muslim No.1543)
• Diriwayatkan Mughirah bin Syu`bah ra., ia berkata:
Aku
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang diratapi, maka ia
akan disiksa pada hari kiamat nanti dengan yang diratapkan atasnya.
(Shahih Muslim No.1549)
4. Teguran keras terhadap perbuatan meratap
• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Ketika
berita gugurnya Ibnu Haritsah, Jakfar bin Abu Thalib dan Abdullah bin
Rawahah sampai kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw. pun duduk
bersedih hati. Ia (Aisyah) berkata: Aku melihat dari celah pintu. Lalu
datang seseorang mengabarkan kepada Rasulullah saw., katanya: Wahai
Rasulullah saw., sungguh istri-istri Jakfar! Orang itu menceritakan
tangis istri-istri Jakfar. Mendengar itu Rasulullah saw. menyuruh orang
tersebut untuk melarangnya. Dia pun pergi, lalu kembali lagi, menuturkan
bahwa istri-istrinya tidak mau menurut. Rasulullah saw. menyuruhnya
lagi agar melarang istri-istri Jakfar meratap. Dia pun pergi menuju
istri-istri Jakfar lalu kembali lagi kepada Rasulullah saw. sambil
berkata: Demi Allah, mereka keras kepala, wahai Rasulullah. Aisyah
menyangka bahwa Rasulullah saw. bersabda: Pergilah dan jejalkanlah debu
tanah ke mulut mereka! Aisyah berkata: Aku berkata: Mudah-mudahan Allah
menghinakanmu! Engkau tidak melaksanakan apa yang diperintahkan oleh
Rasulullah saw. dan engkau tidak mau meninggalkan Rasulullah saw. bebas
dari beban. (Shahih Muslim No.1551)
• Hadis riwayat Ummu Athiyyah ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. mengambil janji kami saat baiat, yaitu agar kami tidak meratapi
mayit. Tidak ada di antara kami yang menepati baiat itu kecuali lima
orang wanita; Ummu Sulaim, Ummul `Ala, putri Abu Sabrah (istri Muaz)
atau putri Abu Sabrah dan istri Muaz. (Shahih Muslim No.1552)
5. Kaum wanita dilarang mengiringi jenazah
• Hadis riwayat Ummu Athiyyah ra., ia berkata:
Kami (kaum wanita) dilarang mengiringkan jenazah dan tidak diwajibkan atas kami. (Shahih Muslim No.1555)
6. Memandikan mayat
• Hadis riwayat Ummu Athiyyah ra., ia berkata:
Nabi
saw. menjumpai kami, ketika kami sedang memandikan putri beliau. Beliau
bersabda: Mandikanlah ia tiga kali atau lima kali atau lebih banyak
lagi bila menurut kalian hal itu perlu, dengan air dan daun bidara. Dan
pada basuhan terakhir bubuhkanlah kapur barus atau sedikit kapur barus.
Kalau kalian sudah selesai, beritahukanlah aku. Ketika kami selesai,
kami memberitahu beliau, lalu beliau memberikan kain beliau kepada kami
seraya bersabda: Pakaikanlah ini padanya. (Shahih Muslim No.1557)
7. Mengafani mayat
• Hadis riwayat Khabbab bin Arat ra., ia berkata:
Kami
hijrah bersama Rasulullah saw. di jalan Allah, mengharapkan keridaan
Allah, maka pahala kami atas tanggungan Allah. Di antara kami ada
orang-orang yang sama sekali tidak sempat merasakan ganjaran-Nya (di
dunia), seperti Mush'ab bin Umair. Dia terbunuh pada perang Uhud.
Padanya tidak ditemukan sesuatu pun untuk mengafani dirinya, kecuali
sehelai selimut. Apabila kami tutupkan selimut itu pada kepalanya, maka
kedua kakinya keluar (tidak tertutup) dan kalau selimut itu kami
tutupkan pada kedua kakinya, kepalanya keluar. Lalu Rasulullah saw.
bersabda: Tutupkanlah selimut itu di kepalanya, sedangkan kedua kakinya
tutupilah dengan idzkhir (sejenis rerumputan yang harum baunya). Namun,
di antara kami ada pula orang-orang yang memiliki buah-buahan yang
matang, lalu ia dapat memetiknya (berkesempatan merasakan ganjaran-Nya
di dunia). (Shahih Muslim No.1562)
• Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. dikafani dalam tiga lapis kain tenun putih yang terbuat dari
kapas, tanpa ada baju ataupun sorban. Adapun tentang selimut Yaman,
orang-orang keliru mengira bahwa selimut itu dibeli untuk mengafani
beliau, tetapi selimut itu ditinggalkan (sebagai warisan) dan beliau
dikafani dalam tiga lapis kain tenun putih. Lalu selimut itu diambil
oleh Abdullah bin Abu Bakar. Ia berkata: Aku akan menyimpannya untuk
mengafani diriku nanti. Namun, kemudian ia berkata: Seandainya Allah
meridainya bagi Nabi-Nya, tentu Dia mengafani beliau dalam selimut itu.
Lalu Abdullah menjualnya dan menyedekahkan uang hasil penjualannya.
(Shahih Muslim No.1563)
8. Menutupi seluruh tubuh mayit
• Hadis riwayat Aisyah, Ummul mukminin ra., ia berkata:
Ketika beliau wafat, seluruh tubuh Rasulullah saw. ditutupi dengan kain hibarah (kain katun berhias). (Shahih Muslim No.1566)
9. Mempercepat pengurusan jenazah
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari
Nabi saw., beliau bersabda: Percepatlah pengurusan jenazah! Karena,
jika jenazah itu baik, maka sudah sepantasnya kalian mempercepatnya
menuju kebaikan. Dan kalau tidak demikian (tidak baik), maka adalah
keburukan yang kalian letakkan dari leher-leher kalian (melepaskan dari
tanggungan kalian). (Shahih Muslim No.1568)
10. Keutamaan salat jenazah dan mengiringinya
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. bersabda: Barang siapa menghadiri jenazah sampai jenazah itu
disalati, maka ia mendapatkan satu qirath. Dan barang siapa
menghadirinya sampai jenazah itu dikuburkan, maka ia mendapatkan dua
qirath. Ada yang bertanya: Apakah dua qirath itu? Rasulullah saw.
bersabda: Sama dengan dua gunung yang besar. (Shahih Muslim No.1570)
• Hadis riwayat Tsauban ra. maula Rasulullah saw.:
Bahwa
Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa menyalati jenazah, maka ia
mendapatkan satu qirath. Jika ia menghadiri penguburannya, maka ia
mendapatkan dua qirath. Satu qirath sama dengan gunung Uhud. (Shahih
Muslim No.1575)
11. Tentang pujian atau celaan bagi orang yang meninggal
• Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Ketika
iring-iringan membawa jenazah lewat, orang-orang memuji jenazah dengan
kebaikan, kemudian Nabi saw. bersabda: Wajib, wajib, wajib. Lalu lewat
pula iringan jenazah lain, orang-orang mencelanya dengan keburukan,
kemudian Nabi saw. bersabda: Wajib, wajib, wajib. Umar berkata: Menjadi
penebusmu, ayah dan ibuku! Ada iringan jenazah lewat dan orang-orang
memujinya sebagai orang baik, lalu engkau mengatakan: Wajib, wajib,
wajib. Lewat pula iringan jenazah lain yang disifati sebagai orang
jahat, lalu engkau mengatakan: Wajib, wajib, wajib. Apa artinya itu?
Rasulullah saw. bersabda: Orang yang kalian puji sebagai orang baik,
maka wajib baginya surga, sedangkan orang yang kalian katakan sebagai
jahat, maka wajib baginya neraka. Kalian adalah para saksi Allah di
bumi. Kalian adalah para saksi Allah di bumi. Kalian adalah para saksi
Allah di bumi. (Shahih Muslim No.1578)
12. Tentang orang yang beristirahat dan yang diistirahatkan darinya
• Hadis riwayat Abu Qatadah bin Rib`iy ra.:
Bahwa
Rasulullah saw. dilewati iringan jenazah, lalu beliau bersabda: Yang
beristirahat dan yang ditinggalkan. Para sahabat bertanya: Wahai
Rasulullah, apakah yang beristirahat dan yang ditinggalkan? Rasulullah
saw. bersabda: Seorang hamba yang beriman itu beristirahat dari
kepayahan dunia. Sedangkan seorang hamba yang jahat, manusia, negara,
pepohonan dan hewan, semuanya merasa tenteram dari kejahatannya. (Shahih
Muslim No.1579)
13. Takbir dalam salat jenazah
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa
Rasulullah saw. mengumumkan kemangkatan Raja Najasyi kepada kaum
muslimin pada hari kematiannya, maka beliau dan kaum muslimin keluar
menuju ke tempat salat dan bertakbir empat kali (melaksanakan salat
gaib). (Shahih Muslim No.1580)
• Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. menyalatkan Ash-hamah An-Najasyi, beliau bertakbir empat kali. (Shahih Muslim No.1582)
14. Salat di atas kubur
• Hadis riwayat Abdullah bin Abbas ra.:
Bahwa Rasulullah saw. menyalati mayit di atas kubur, sesudah mayit dikubur. Beliau bertakbir empat kali. (Shahih Muslim No.1586)
• Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa
seorang wanita hitam yang biasa menyapu mesjid, suatu hari Rasulullah
saw. merasa kehilangannya (tidak melihatnya). Lalu beliau bertanya
kabarnya, para sahabat menjawab: Dia sudah meninggal dunia. Rasulullah
saw. menegur: Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku? Seakan-akan
para sahabat menganggap kecil urusannya atau urusan kematian. Kemudian
Rasulullah saw. bersabda: Tunjukkan aku kuburnya. Setelah ditunjukkan,
beliau menyalatinya kemudian bersabda: Sungguh pekuburan ini penuh
dengan kegelapan bagi para penghuninya dan sesungguhnya Allah
meneranginya sebab salatku atas mereka. (Shahih Muslim No.1588)
15. Berdiri karena jenazah
• Hadis riwayat Amir bin Rabiah ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. bersabda: Apabila kalian melihat iringan jenazah, maka berdirilah
menghormatinya sampai iringan jenazah itu lewat meninggalkan kalian atau
sampai diletakkan dalam kubur. (Shahih Muslim No.1590)
• Hadis riwayat Abu Said ra., ia berkata:
Rasulullah
saw. bersabda: Apabila kalian mengiringi jenazah, maka janganlah kalian
duduk sebelum jenazah itu diletakkan. (Shahih Muslim No.1591)
• Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra., ia berkata:
Ada
iringan jenazah lewat, lalu Rasulullah saw. berdiri menghormatinya dan
kami ikut berdiri bersama beliau. Kemudian kami berkata: Wahai
Rasulullah, jenazah itu adalah jenazah Yahudi. Rasulullah saw. bersabda:
Sesungguhnya kematian itu menggetarkan, maka jika kalian melihat
iringan jenazah, maka berdirilah. (Shahih Muslim No.1593)
• Hadis riwayat Qais bin Saad ra. dan Sahal bin Hunaif ra.:
Dari
Ibnu Abu Laila bahwa ketika Qais bin Saad ra. dan Sahal bin Hunaif ra.
sedang berada di Qadisiyah, tiba-tiba ada iringan jenazah melewati
mereka, maka keduanya berdiri. Lalu dikatakan kepada keduanya: Jenazah
itu adalah termasuk penduduk setempat (yakni orang kafir). Mereka berdua
berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah dilewati iringan jenazah,
lalu beliau berdiri. Ketika dikatakan: Jenazah itu Yahudi, Rasulullah
saw. bersabda: Bukankah ia juga manusia?. (Shahih Muslim No.1596)
16. Tempat berdirinya imam ketika salat jenazah
• Hadis riwayat Samurah bin Jundab ra., ia berkata:
Aku
salat di belakang Nabi saw. dan beliau menyalati Ummu Kaab yang
meninggal dunia dalam keadaan nifas. Rasulullah saw. berdiri untuk salat
di tengah-tengah jenazah. (Shahih Muslim No.1602)