PENDAHULUAN
Sejarah
sastra adalah ilmu yang memperlihatkan perkembangan karya sastra dari waktu ke
waktu. Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yaitu ilmu yang mempelajari
tentang sastra dengan berbagai permasalahannya. Di dalamnya tercakup teori sastra,
sejarah sastra dan kritik sastra, dimana ketiga hal tersebut saling berkaitan.
Sastra lahir karena kondisi masyarakat di suatu
tempat atau daerah. Kepulauan Nusantara yang terletak diantara benua Asia dan
Australia dan diantara Samudra Hindia/ Indonesia dengan Samudra Pasifik/ Lautan
Teduh, dihuni oleh beratus-ratus suku bangsa yang masing-masing mempunyai
sejarah, kebudayaan, adat istiadat dan bahasa sendiri-sendiri.
1.
Kesusastraan Melayu Klasik
a.
Kesusastraan Rakyat (Kesusastraan Melayu
Asli)
Kesusastraan yang tumbuh tidak terlepas dari kebudayaan yang ada pada
waktu itu. Pada masa Purba (sebelum kedatangan agama Hindu, Budha dan Islam)
kepercayan yang dianut masyarakat adalah animisme dan dinamisme. Karena itu,
cerita mereka berhubungan dengan kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan
gaib yang dimilikinya. Misalnya :
- Cerita
asal-usul
- Cerita
binatang
- Cerita Jenaka
- Cerita
Pelipur lara.
b. Pengaruh Hindu dalam Kesusastraan Melayu
Pengaruh Hindu Budha di Nusantara sudah sejak lama. Menurut J.C. Leur
(Yock Fang : 1991:50) yang menyebarkan agama Hindu di Melayu adalah para
Brahmana. Mereka diundang oleh raja untuk meresmikan yang menjadi ksatria.
Kemudian dengan munculnya agama Budha di India maka pengaruh India terhadap
bangsa Melayu semakin besar. Apalagi agama Budha tidak mengenal kasta, sehingga
mudah beradaptasi dengan masyarakat Melayu.
- Epos India
dalam kesusastraan Melayu
· Ramayana :
cerita Ramayana sudah dikenal lama di Nusantara. Pada zaman pemerintahan Raja
Daksa (910-919) cerita rama diperlihatkan di relief-relief Candi Loro
Jonggrang. Pada tahun 925 seorang penyair telah menyalin cerita Rama ke dalam
bentuk puisi Jawa yaitu Kakawin Ramayana. Lima ratus tahun kemudian cerita Rama
dipahat lagi sebagai relief Candi Penataran. Dalam bahasa melayu cerita Rama
dikenal dengan nama Hikayat Sri Rama yang terdiri atas 2 versi : 1) Roorda van
Eysinga (1843) dan W.G. Shelabear.
· Mahabarata :
Bukan hanya sekedar epos tetapi sudah menjadi kitab suci agama Hindu. Dalam
sastra melayu Mahabarata dikenal dengan nama Hikayat Pandawa. Dalam
sastra jawa pengaruh Mahabarata paling tampak dari cerita wayang.
c. Kesusastraan
Zaman Peralihan Hindu-Islam, dan pengaruh Islam
Sastra zaman peralihan adalah sastra
yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra yang
berunsur Islam di dalamnya. Contoh karya-karya sastra yang masuk dalam masa ini
adalah ; Hikayat Puspa raja, Hikayat Parung Punting, Hikayat Lang-lang Buana,
dsb.
d. Kesusastraan
Masa Peralihan : Perkembangan dari Melayu Klasik ke Melayu Modern
Pada masa ini perkembangan antara kesusastraan Melayu Klasik dan
kesusastraan Melayu Modern peralihannya dilihat dari sudut isi dan bahasa yang
digunakan oleh pengarangnya. Dua orang tokoh yang dikenal dalam masa peralihan
ini adalah Raja Ali Haji dari pulau Penyengat, Kepulauan Riau, dan Abdullah bin
Abdul Kadir Munsyi dari Malaka.
Contoh karya
Abdullah : Hikayat Abdullah, Syair Singapura dimakan Api, ia juga menerjemahkan
Injil ke dalam bahasa melayu.
2.
Kesusastraan
Indonesia Modern
Lahirnya Kesusastraan Indonesia
Modern
Jika menggunakan analogi ¨Sastra ada
setelah bahasa ada¨ maka kesusastraan Indonesia baru ada mulai tahun 1928.
Karena nama ¨bahasa Indonesia¨ secara politis baru ada setelah bahasa Melayu di
diikrarkan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal
dengan Sumpah Pemuda.
a. Masa Kebangkitan (1920-1945)
1). Periode
1920 (Angkatan Balai Pustaka)
Contoh : Puisi
M. Yamin
2). Periode
1933 (Angkatan Pujangga Baru)
Penamaan
periode ini di dasarkan pada munculnya majalah ¨Pujangga Baru¨ yang dikelola
oleh S.T. Alisyahbana, Armin Pane dan Amir Hamzah.
Contoh : Puisi
Amir Hamzah
3). Periode
1942 (Angkatan 45)
Chairil Anwar
pelopor angkatan 45, nama lain pada masa ini seperti Idrus, Mochtar Lubis dan
Pramoedya A T.
b.
Masa
Perkembangan (1945 – sekarang)
1). Periode
1945 (Angkatan 45 : 1942-1953)
2). Periode
1950 (Angkatan 50 dimulai tahun 1953)
Dimasa ini ada Nugroho Notosusanto pengarang Hujan Kepagian, AA Navis
pengarang Robohnya Surau Kami, Trisnoyuwono pengarang laki-laki dan mesiu,
penyair Toto Sudarto Bachtiar, WS Rendra (juga ada yang menggolongkan ke
angkatan 70)
3).
Angkatan 66
Pada tanggal 6-9 Mei 1966 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bersama
dengan KAMI dan KAPPI menyelenggarakan simposium berjudul : ¨Kebangkitan
semangat 1966 : Menjelajah Tracee Baru Lekra dan Neolekranisme¨. Dominasi
kebudayaan oleh politik, tegas-tegas ditolak. Inilah mulai dinamakannya
angkatan 66. Dari kelompok ini, majalah bulanan baru, Horison, segera terbit
sebagai suara sastranya.
4),
Angkatan 70
Tahun 1970-1990 ada beberapa sastrawan yang terkenal misalnya : Sutardji
Calzoum Bachri, Abdul Hadi W.M., Putu Wijaya
Contoh Sajak
Abdul Hadi WM : Tawangmangu
PEMBAHASAN
SEJARAH SASTRA INDONESIA
A. SASTRA INDONESIA
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau
"pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti
"instruksi" atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis
tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.
1. Sastra
Lama
Sastra lama adalah sastra yang berbentuk
lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ujaran atau ucapan. Sastra
lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13.
Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang
muslim di Minye Tujuh, Aceh.
Ciri dari sastra lama yaitu :
Ciri dari sastra lama yaitu :
a.
Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
b.
Istanasentris (terikat pada kehidupan
istana kerajaan)
c.
Tema karangan bersifat fantastis
d.
Karangan berbentuk tradisional
e.
Proses perkembangannya statis
f.
Bahasa klise
Contoh sastra lama :
a.
Fable, yaitu cerita hewan, dan biasanya
pada fabel tersirat makna atau pesan moral yang mendalam. Contoh :Cerita Kancil
b.
Mantra, adalah ujar-ujar yang merupakan sumber kekuatan spritual leluhur
pusaka.
c.
Gurindam, adalah satu bentuk puisi Melayu
lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang
merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh:
Gurindam 12-nya Raja Haji Ali, seorang sastrawan dan pahlawan nasional dari
kepulauan Riau.
d.
Pantun, adalah puisi Melayu asli yang
terdiri atas empat larik, bersajak a-b-a-b. Berdasarkan isinya, pantun terdiri
atas pantun jenaka, pantun teka-teki, pantun adat, pantun agama, pantun
nasihat, dan masih cukup banyak lagi. sedangkan kalau menurut bentuknya,
terbagi menjadi pantun biasa, talibun, seloka, dan pantun kilat.
e.
Syair, adalah puisi atau karangan dalam
bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. biasanya terdiri atas 4 baris,
berirama a-a-a-a dan semuanya mengandung isi.
f.
dll
2. Sastra
Baru
Sastra baru adalah
karya sastra yang telah dipengaruhi oleh karya sastra asing sehingga sudah
tidak asli lagi.
Ciri
dari sastra baru yakni :
a. Pengarang
dikenal oleh masyarakat luas
b. Bahasanya
tidak klise
c. Proses
perkembangan dinamis
d. Tema
karangan bersifat rasional
e. Bersifat
modern / tidak tradisional
f. Masyarakat
sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan)
Contoh-
sastra baru :
a.
Novel
b.
Biografi
c.
Cerpen (cerita pendek)
d.
Drama
3. Sastra
Modern
Sastra
Modern adalah karya sastra yang dibentuk oleh unsur intrinsik dan Menggunakan
bahasa/kata yang terpilih, diksi yang tepat. Mempunyai bahasa tuturan dan
dialog(dalam prosa dan drama) yang Bertujuan untuk dibaca/didengar orang lain
agar mereka mendapat hiburan dan/atau nasihat. Bentuknya dapat berupa puisi,
prosa, atau drama.
Ciri-ciri Sastra Modern yakni :
1. Gaya yang aktif - romantis
2. Dinamis dalam tema dan bahasa
3. Tema memperjuangkan masalah
kebudayaan, bahasa, dan masyarakat sentris
4. Pengarang diketahui dengan jelas.
B. PERIODISASI SASTRA INDONESIA
Periodisasi sastra ialah pembagian
sastra atau pembabakan sastra berdasarkan atas kurun waktu atau zamannya.
Terjadinya periode sastra karena terjadinya perubahan zaman, pola pikir, serta
gaya hidup yang akhirnya menghasilkan perubahan hasil sastra.
Sebelum tahun 1966 telah ada empat
pembagian sastra yang disebabkan oleh perubahan pandangan dan kurun waktu.
Namun, semuanya masih berdasarkan pandangan yang disampaikan oleh Abdullah bin
Abdul Kadir Mumsyi dan Angkatan '45.
1.
Angkatan
Pujangga Lama
Pujangga
lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang
dihasilkan sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair,
pantun,
gurindam
dan hikayat.
Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi
sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera
bagian utara muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya
keagamaan. Hamzah Fansuri
adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama.
Dari istana Kesultanan Aceh
pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling terkemuka
adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf
Singkil, serta Nuruddin ar-Raniri.
2.
Angkatan
Sastra Melayu Lama
Karya sastra di Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870 -
1942, yang berkembang dilingkungan masyarakat Sumatera seperti "Langkat, Tapanuli, Minangkabau
dan daerah Sumatera lainnya", orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa.
Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat
dan terjemahan novel barat.
Karya Sastra Melayu Lama
|
|
3.
Angkatan
Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia
yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit Balai
Pustaka. Prosa
(roman, novel, cerita pendek dan drama) dan puisi mulai
menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah
sastra di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh
buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang
banyak menyoroti kehidupan pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis
(liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga bahasa yaitu bahasa
Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa
Sunda; dan dalam jumlah terbatas dalam bahasa Bali,
bahasa
Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai
"Raja Angkatan Balai Pustaka" oleh sebab banyak karya tulisnya pada
masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapatlah
dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah
"novel Sumatera", dengan Minangkabau
sebagai titik pusatnya.
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan
menjadi karya yang cukup penting. Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap
adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu. Dalam perkembangannya,
tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya pada masa
itu.
Penulis dan Karya Sastra Angkatan Balai
Pustaka:
4.
Angkatan
Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor
yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa
tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan
kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual,
nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga
Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana, beserta Amir Hamzah
dan Armijn
Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun 1930 -
1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar
Terkembang, menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus
sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya
Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting
sebelum perang.
Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga
baru yaitu :
1. Kelompok
"Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir
Hamzah
2. Kelompok
"Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Penulis dan Karya Sastra Pujangga Baru
|
|
5.
Angkatan ‘45
Latar
Belakang:
a. Kekejaman penjajah terhadap
rakyat/sastra.
- Penderitaan rakyat akibat revolusi.
Ciri-ciri:
a. Ekspresionisme
- Romantis realistis.
- Lebih mementingkan isi daripada bahasa.
- Humanisme Universal.
- Sinisme.
- Realita (sesuai kenyataan).
Pengarang
dan Beberapa Karyanya:
a. Chairil Anwar (Raja Puisi): Aku,
Kerawang Bekasi, Diponegoro, Beta Pattirajawane.
- Mochtar Lubis: Harimau! Harimau! (Roman), Jalan Tak Ada Ujung (Roman), Tak Ada Esok (Roman).
- Idrus (Raja Prosa): Surabaya, Corat-coret di Bawah Tanah, Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
6.
Angkatan
‘50
Nama
angkatan ini diusulkan oleh W.S. Rendra, namun tidak mendapat sambutan karena
latar belakang, ciri-ciri, dan pengarang sebagian besar sama dengan Angkatan '45.
Pengarang dan Beberapa Karyanya:
a. W.S. Rendra (Raja Penyair dan
Dramawan): Balada Orang-orang Tercinta (kumpulan puisi), Balada Terbunuhnya
Atma Karpo (kumpulan puisi), Odipus Sang Raja (Drama).
- Ajip Rosidi: Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerpen), Surat Cinta Endang Rosidin, Pesta (kumpulan puisi).
- NH. Dini: Dua Dunia (kumpulan cerpen), Namaku Hiroko (Roman), Padang Halang di Belakang Rumah (Roman), Pada Sebuah Kapal.
7.
Angkatan ‘66
Latar
Belakang:
a. Penyelewengan oleh pemimpin rakyat.
- Korupsi merajalela.
- Pengangkapan dan kekejaman terhadap orang-orang yang menentang pemerintahan
Ciri-ciri:
a. Bentuknya puisi bebas dan cerpen.
- Isinya protes terhadap pemimpin yang lupa daratan.
- Bahsanya panjang-panjang.
- Temanya penderitaan rakyat.
- Munculnya kelaguan
Pengarang
dan Beberapa Karyanya:
a. Taufik Ismail: Kita Adalah Pemilik
Sah Republik Ini, Dari Ibu Seorang Demonstran, Yang Kami Minta Hanyalah Sebuah
Bendungan Saja, Malu Aku Jadi Orang Indonesia.
- Masyur Samin: Pidato Seorang Demonstran, Pernyataan, Ode Pemakaman.
- Buur Raswanto: Telah Gugur Beberapa Nama, Tirani, Bumi yang Berpeluh, Mereka Telah Bangkit.
8.
Angkatan Reformasi
-Kemunculan angkatan ini ditandai
dengan maraknya karya-karya sastra yang bertemakan sosial-politik, khususnya
yang bertemakan reformasi.
-Akan tetapi, wacana mengenai
lahirnya angkatan ini tidak berhasil dikukuhkan karena tidak memiliki ‘juru
bicara’.
-Salah satu karya yang terkenal pada
masa ini adalah kumpulan puisi karya Widji Thukul, aktivis yang hingga hari ini
belum diketahui keberadaannya.
9.
Angkatan 2000-an
Setelah lahirnya
sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil dikukuhkan karena
tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan
pada tahun 2002 melempar wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan
2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000 yang disusunnya diterbitkan
oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan
kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000, termasuk mereka yang
sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal
Malna, Ahmadun Yosi Herfanda
dan Seno Gumira Ajidarma,
serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu
Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
DAFTAR PUSTAKA
diakses tanggal
28 November 2012
diakses tanggal
28 November 2012
diakses tanggal
28 November 2012
No comments:
Post a Comment