A.
Batasan
Kalimat
Kalimat adalah bahasa terkecil, dalam
wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Kalimat adalah satuan bahasa yang
relative dapat berdiri sendiri, yang mempunyai pola intonasi akhir dan yang
terdiri dari klausa. (Cook, 1971: 39-40; Elson and Pickett. 1969: 82)
B.
Bagian-Bagian
Kalimat
1. Kalimat dan Klausa
Contoh:
a.
Anak itu makan
kue (Subjek+Predikat+Objek)
Dapat disebut
klausa jika cara pandangnya didasarkan pada struktur internalnya. Setiap
konstruksi sintaksis yang terdiri atas unsure subjek dan predikat (tanpa
memperhatikan intonasi atau tanda baca akhir) adalah klausa.
Tetapi dapat
disebut kalimat jika kita melihat adanya unsur-unsur subjek-predikat lengkap
dengan intonasi atau tanda baca akhir.
Contoh :
Dia pergi
pukul 6 ketika saya sedang mandi.
Dia pergi
pukul 6 disebut klausa utama atau induk kalimat.
Ketika saya
sedang mandi disebut klausa subordinatif atau anak kalimat.
2. Konstituen Kalimat
Anak
itu melempar bola ke lapangan mempunyai tiga
konstituen berupa frasa: anak itu, melempar bola, dan ke lapangan. Tiap-tiap
konstituen itu terdiri atas dua konstituen yang lebih kecil, yaitu anak dan itu
untuk anak itu, melempar dan bola untuk melempar bola, serta ke
dan lapangan untuk ke lapangan.
3. Unsur Wajib dan Unsur Takwajib
Unsur wajib
itu terdiri atas konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan.
Unsur takwajib
itu terdiri atas konstituen kalimat yang dapat dihilangkan.
4. Keserasian Unsur-Unsur Kalimat
Penggabungan
dua kata, atau lebih, dalam satu kalimat menuntut adanya keserasian di antara
unsur-unsur tersebut baik dari segi makna maupun dari segi bentuk. Berdasarkan
hal itu, keserasian unsur-unsur kalimat berikut ini akan dikemukakan dari kedua
segi tersebut, yakni keserasian makna dan keserasian bentuk.
5. Keserasian Makna
Contoh :
1.
Batu itu
memukul anjing kami.
Terasa aneh
karena verba memukul menuntut nomina orang sebagai pelakunya. Kenyataan
bahwa batu itu bukan orang menyebabkan untaian itu terasa aneh.
2. Bu Fatimah menceraikan
suaminya.
Contoh
keanehan yang dilandasi faktor budaya. Verba menceraikan dalam bahasa
dan budaya Indonesia umumnya menuntut pelaku seorang pria. Seorang pria dapat
menceraikan seorang wanita, tetapi seorang wanita umumnya hanya dapat minta
cerai dari suaminya.
6. Keserasian Bentuk
Bahaha Indonesia menuntut adanya keserasian bentuk diantara unsur-unsur
kalimat, khususnya antara nomina dan pronomina dan, dalam batas tertentu,
antara nomina dan verba.
Penggunaan promina sebagai pengganti nomina atau frasa nominal yang
menyatakan orang tunduk pada kendala jumlah.
Contoh : - pelamar banyak, tetapi mereka tidak memenuhi syarat
- pelamar banyak, tetapi dia
tidak memenuhi syarat
Pada konstruksi pemilikan
teridiri atas nomina dan pronomina milik yang antasedennya berupa nomina jamak
perlu diperhatikan apakah merupakan milik bersama atau perseorangan. Bila nomina milik perseorangan maka digunakan
pronomina persona ketiga jamak yang diikuti partikel masing-masing.
Contoh : - murid itu
menyelesaikan tugas mereka tepat pada waktunya
-murid itu menyelesaikan tugas
mereka masing-masing pada waktunya.
Dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah verba yang menuntut nomina jamak
sebagai subjek.Verba demikian berafiks ber-an
Contoh: Pasukan itu berlarian ketika mendengar pesawat terbang mendekat.
Kedua anak itu bertengkar.
Verba bersubjek jamak dapat pula
digunakan untuk menyatakan makna jamak nomina takdefinit.
Contoh : - kicau burung bersahutan sepanjang pagi.
C.
Kalimat
Dipandang dari Segi Jumlah dan Jenis Klausa yang Terdapat pada dasar.
Dapat dibedakan:
Dapat dibedakan:
1. Kalimat Tunggal
2. Kalimat Bersusun
3. Kalimat Majemuk
(Cook, 1971:
40; Elson and Pickett, 1969: 123-124)
Kalimat
tunggal, merupakan kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas tanpa klausa
terikat.
Contoh
: - Saya makan.
Kalimat
bersusun, merupakan kalimat yang terdiri dari satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya
satu klausa terikat.
Contoh
: - Dia pergi sebelum kami bangun.
Kalimat
majemuk, merupakan kalimat yang terdiri dari beberapa klausa bebas.
Contoh
: - Ibu memasak di dapur, tetapi kakak menjahit di kamar.
Kalimat
dipandang dari segi struktur internal klausa utama
Dapat dibedakan menjadi :
a. Kalimat sempurna
b. Kalimat tak sempurna
Kalimat
sempurna, merupakan kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah klausa
bebas. Karena yang medasari sesuatu
kalimat adalah sebuah klausa , maka kalimat sempurna ini mencakup kalimat
tunggal, kalimat bersusun dan kalimat majemuk.
Contoh
: - Ibu duduk.
- Ayah meninggal dunia waktu saya studi di Negara Belanda.
- Nenek membeli kue lantas dia
membagi-bagikannya kepada cucunya
Kalimat tak sempurna, merupakan kalimat yang
dasarnya hanya terdiri dari sebuah klausa terikat, atau sama sekali tidak
mengandung struktur klausa.
Contoh
: (“Mau ke mana kamu nanti sore?”)
“Ke Bandung”
“Dengan siapa?”
“Teman”
Kalimat
dipandang dari segi jenis responsi yang diharapkan
Dapat
dibedakan menjadi :
a. Kalimat pernyataan
b. Kalimat pertanyaan
c. Kalimat perintah
Kalimat
pernyataan, merupakan kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa
mengharapkan responsi tertentu.
Contoh
: - Ayah membaca koran.
Kalimat
pertanyaan, merupakan kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang
berupa jawaban.
Contoh
: - Di mana kamu mengajar?
Kalimat
perintah,merupakan kalimat yang dibentuk
untuk memancing responsi yang berupa tindakan.
Contoh
: - Masuk, Ani!
Kalimat
dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi
Dapat
dibedakan menjadi :
a. Kalimat aktif
b. Kalimat pasif
c. Kalimat medial
d. Kalimat resiprokal
Kalimat dipandang dari segi sifat hubungan aktor-aksi
Dapat dibedakan menjadi :
a.
Kalimat aktif
b.
Kalimat pasif
c.
Kalimat medial
d.
Kalimat resiprokal
2.6.1 Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang
subyeknya berperan sebagai
pelaku atau aktor.
contoh: Saya menulis surat
Parman mengendarai motor
2.6.2 Kalimat Pasif
Kalimat Pasif adalah kalimat yang subyeknya
berperan sebagai penderita.
contoh: Surat itu telah kutulis
Nenek dipanggil oleh adik
2.6.3 Kalimat Medial
Kalimat medial adalah kalimat yang subyeknya
berperan baik sebagai pelaku
maupun penderita.
Contoh: Dia menghibur hatinya
Aku membersihkan badanku
2.6.4 Kalimat Resipokal
Kalimat resipokal adalah kalimat yang subyek
dan obyeknya melakukan suatu
perbuatan yang berbalas-balasan.
Contoh: Kita harus tolong-menolong dengan
tetangga kita
Kakak hendaknya sayang-menyayangi dengan adiknya
2.7 Kalimat dipandang dari segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frase
verba utama
2.7.1 Kalimat Afirmatif
Kalimat afirmatif atau kalimat pengesahan adalah
kalimat yang pada frase verba utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur
penindakan ataupun unsur penyangkalan.
Contoh: Mereka memancing ikan
Contoh: Mereka memancing ikan
Dia menjual roti
2.7.2 Kalimat Negatif
Kalimat negatif atau kalimat penyangkalan adalah
kalimat yang pada frase verbal utamanya terdapat unsure negative atau unsure penyangkalan.
Contoh: Saya tidak menulis surat
Bu Hindun tidak membeli rumah
2.8 Kalimat dipandang dari segi kesederhanaan dan kelengkapan dasar
2.8 Kalimat
dipandang dari segi kesederhanaan dan kelengkapan dasar
2.8.1 Kalimat Formata
Kalimat formata atau kalimat tersusun rapi adalah
kalimat tunggal dan sempurna, yang terdiri dari satu klausa bebas.
2.8.2 Kalimat Transformata
Kalimat transformata adalah kalimat lengkap
tetapi bukan kalimat tunggal.
2.8.3 Kalimat Deformata
Kalimat deformata adalah kalimat tunggal yang tak
sempurna(tidak lengkap).
Kalimat ini dibagi menjadi 6 golongan yaitu:
Kalimat ini dibagi menjadi 6 golongan yaitu:
a.KalimatUrutan
Kalimat urutan adalah kalimat yang mengandung konjungsi seperti: maka, jadi, tetapi, sedangkan, dan sebagainya.
Kalimat urutan adalah kalimat yang mengandung konjungsi seperti: maka, jadi, tetapi, sedangkan, dan sebagainya.
Contoh:
1. Maka berangkatlah mereka bertiga dengan sedih.
1. Maka berangkatlah mereka bertiga dengan sedih.
2. Namun kamu tidak pernah berubah sampai kini.
b. Kalimat Sampingan
b. Kalimat Sampingan
Kalimat sampingan adalah kalimat yang terdiri
dari klausa terikat dan diturunkan dari kalimat bersusun.
Contoh:
Bahkan nyatanya harganya semakin mahal
Bahkan nyatanya harganya semakin mahal
c. Kalimat Elips
Kalimat elips adalah kalimat yang terjadi karena
pelenyapan beberapa bagian dari klausa.
Contoh:
1. Abangku mengikat kayu bakar itu…
1. Abangku mengikat kayu bakar itu…
2. Dia...
KALIMAT TAMBAHAN
Kalimat tak sempurna
yang terdapat dalam wacana sebagai tambahan pada pernyataan-pernyataan yang
telah dikemukakan.
Contoh: Saya akan pergi
berlibur ke Bali. (pernyataan)
Minggu depan (kalimat tambahan)
Selama sebulan
(kalimat tambahan)
Bersama isteri
saya (kalimat tambahan)
“Saya akan pergi
berlibur ke Bali minggu depan selama sebulan
bersama isteri saya”.
KALIMAT
JAWABAN
Kalimat tak sempurna,
yang bertindak sebagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dan merupakan
kalimat yang menyambung suatu percakapan dengan pergantian pembicara.
Contoh: Siapa namamu?
Amat.
“Nama saya Amat”
KALIMAT
SERUAN
Kalimat tambahan dan
kalimat jawaban yang telah diperbincangkan di muka merupakan kalimat tak
sempurna tipe kompletif atau tipepenyempurna , sebab tugasnya menyempurnakan
pernyataan atau pertanyaan yang telah dikemukakan sebelumnya.
Kalimat seruan dapat
digabungkan dengan setiap kalimat tetapi juga dapat digunakan sendiri secara terpisah tetapi menjadi kalimat.
Kalimat seruan umumnya terbatas pada kata dan frase yang sederhana saja.
Kalimat-kalimat seruan
meliputi:
1. Struktur non-klausa.
2. Struktur non-tipe atau struktur
istimewa.
Yang berstuktur non-klausa juga dibedakan
atas:
a. Kelompok teriakan, salam, panggilan.
b. Kelompok judul, motto, inskripsi.
1.a
Kelompok teriakan, salam, panggilan.
•
Panggilan(vokatif)
pada umumnya berupa nama orang atau pangkat panggilan orang.
Contoh: Andi! Kapten! Paman!
•
Salam
merupakan ekspresi tetap yang dipergunakan secara ritual untuk menemui orang,
memulai percakapan, atau dalam perpisahan.
Contoh: Halo! Apa kabar? Sampai jumpa!
•
Teriakan
biasanya pendek –singkat dan ekspresif, tidak mengharapkan respon tertentu,
dipakai untu menyatakan perasaan yang kuat seperti dalam kesakitan , terkejut,
entusiasme.
Contoh: Aduh! Aduhai!
Kalimat Urutan
Kalimat urutan atau
sequence sentence adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu
pembicaraan tanpa mengganti pembicara. Serangkaian kalimat urutan menjelmakan
wacana yang hidup atau continous discourse.
Contoh :
Kemarin saya pergi mengunjungi
nenek. (kalimat situasi)
Dia
sangat bergembira melihat saya. (kalimat urutan)
1.b
Kelompok judul, motto dan inskripsi.
• Apabila judul terdiri dari
lebih dari satu kata maka pada umumnya menuruti peratutran struktur frase,
dengan pengarang termasuk sebagai suatu agentif. Dalam membacanya, diucapkan
dengan intonasi akhir tunggal.
Contoh: Jalan Tak ada Ujung, oleh
Mochtar Lubis.
• Motto terdiri lebih dari satu kata
yang memperlihatkan struktur frase yang teratur dan mempunyai tipr frase yang
berbeda tergantung yang disenanginya(kebudayaan) sendiri.
Contoh: Indonesia-Bhineka Tunggal
Ika.
Latin-In caritate et iustitia.
• Inskripsi dibatasi pada
struktur frase seperti juga halnya toast lisan, maka sering kali dimulai dengan
buat, kepada, keharibaan, demi, kepangkuan, bagi, demi.
Contoh:
buat Ibuku dan Isteriku.
bagi Tanah-Air
Yang
Berstruktur Istimewa.
• Metabahasa
atau metalangue adalah bahasa mengenai bahasa. Dalam pemakaian bahasa
seperti ini, beberapa bentuk bahasa menjadi pokok pembicaraan, dan oleh sebab
itu menjadi nominal dalam pemakaian bahasa serta kehilangan kelas fungsionalnya
yang asli.
Contoh: Di adalah kata
depan (nominal)
Dan adalah kata perangkai (nominal)
Mengapa adalah kata tanya (nominal)
• Bahasa
Singkat(abbreviated)
biasanya
digunakan untuk menulis judul berita, penulisan telegram, dan sebgainya.
Strukturnya disingkat dengan menghilangkan kata tugas , dengan hasil sehingga
menyebabkan tugas tersebut bersifat rahasia.
Contoh: Nurani jalan sinabung lima
bandung.
Selain metabahasa dan bahasa singkat
terdapat juga bentuk-bentuk bahasa yang lain seperti
peribahasa,petatah-petitih, dan sebagainya.
Contoh: Lain di mulut lain di hati.
Besar pasak daripada tiang.
Kalimat
dipandang dari segi posisinya dalam percakapan .Dapat dibedakan menjadi 3:
a. kalimat situasi atau situation-sentence
adalah kalimat yang memulai suatu percakapan.
Contoh: Selamat pagi!
Contoh: Selamat pagi!
Apa kabar?
b.
Kalimat urutan atau sequencce sentence adalah kalimat yang menyambung atau
meneruskan suatu pembicaraan tanpa mengganti pembicara.
Contoh:
Dia memeluk saya karena gembiranya
Dia sangat bergembira melihat saya.
Kalimat
Jawaban
Kalimat jawaban atau response-sentence adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan dengan pergantian pembicara.
Contoh :
Bahasa Indonesia :
Kalimat jawaban
Apa kabar ? Kabar baik !
Selamat pagi ! Selamat pagi !
Saya terlambat. Saya tahu !
Supir ! Ya, pak !
Saya pergi, bu ! Silahkan, baik-baik ya !
Kalimat jawaban atau response-sentence adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan suatu pembicaraan dengan pergantian pembicara.
Contoh :
Bahasa Indonesia :
Kalimat jawaban
Apa kabar ? Kabar baik !
Selamat pagi ! Selamat pagi !
Saya terlambat. Saya tahu !
Supir ! Ya, pak !
Saya pergi, bu ! Silahkan, baik-baik ya !
Kalimat
dipandang dari segi konteks dan jawaban yang diberikan
Dipandang dari segi konteks atau hubungan kalimat dan jawaban yang diberikan, maka dapat dibeda-bedakan :
a. Kalimat salam
b. Kalimat panggilan
c. Kalimat seruan
d. Kalimat pertanyaan
e. Kalimat permohonan
f. kalimat pertanyaan (Francis, 1958 : 426-427, Stryker, 1969,3)
Dipandang dari segi konteks atau hubungan kalimat dan jawaban yang diberikan, maka dapat dibeda-bedakan :
a. Kalimat salam
b. Kalimat panggilan
c. Kalimat seruan
d. Kalimat pertanyaan
e. Kalimat permohonan
f. kalimat pertanyaan (Francis, 1958 : 426-427, Stryker, 1969,3)
A.
Kalimat salam
Kalimat salam atau greeting-sentence adalah suatu formula tetap yang dipergunakan pada pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang tetap yang sering merupakan ulangan dari salam tersebut.
Contoh :
Selamat pagi ! Selamat pagi !
Apa kabar ? Kabar baik !
B. Kalimat Panggilan
Kalimat panggilan atau call-sentence adalah kalimat pendek yang ditujukan untuk mendapat perhatian, dan menimbulkan jawaban yang beraneka ragam, umumnya pertanyaan-pertanyaan singkat.
Contoh :
Ibu ! Ada apa ?
Ayah ! Mau apa ?
Kalimat salam atau greeting-sentence adalah suatu formula tetap yang dipergunakan pada pertemuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang tetap yang sering merupakan ulangan dari salam tersebut.
Contoh :
Selamat pagi ! Selamat pagi !
Apa kabar ? Kabar baik !
B. Kalimat Panggilan
Kalimat panggilan atau call-sentence adalah kalimat pendek yang ditujukan untuk mendapat perhatian, dan menimbulkan jawaban yang beraneka ragam, umumnya pertanyaan-pertanyaan singkat.
Contoh :
Ibu ! Ada apa ?
Ayah ! Mau apa ?
C.
Kalimat Seruan
kalimat seruan atau exclamation-sentence adalah kalimat pendek yang biasanya berpola tetap dengan intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang tak diduga dalam konteks linguistik atau non linguistik. Kalimat ini mungkin tidak menuntut jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa seruan atau suatu penguatan ulangan.
Contoh :
Oh ! Oh ! (tiada jawaban)
He ! He ! (tiada jawaban)
D. Kalimat Pertanyaan
Kalimat pertanyaan atau question-sentence adalah kalimat yang menimbulkan suatu jawaban linguistik selain dari pada jawaban-jawaban yang telah tetap bagi kalimat-kalimat salam, panggilan dan seruan tadi. Pertanyaan-pertanyaan ditandai oleh prosodik serta pola susunan kata tertentu, dan oleh kata tugas yang disebut kata tanya atau interogatory.
Contoh :
Siapa nama anak itu ? Ali.
kalimat seruan atau exclamation-sentence adalah kalimat pendek yang biasanya berpola tetap dengan intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadian yang tak diduga dalam konteks linguistik atau non linguistik. Kalimat ini mungkin tidak menuntut jawaban sama sekali, ataupun suatu jawaban yang berupa seruan atau suatu penguatan ulangan.
Contoh :
Oh ! Oh ! (tiada jawaban)
He ! He ! (tiada jawaban)
D. Kalimat Pertanyaan
Kalimat pertanyaan atau question-sentence adalah kalimat yang menimbulkan suatu jawaban linguistik selain dari pada jawaban-jawaban yang telah tetap bagi kalimat-kalimat salam, panggilan dan seruan tadi. Pertanyaan-pertanyaan ditandai oleh prosodik serta pola susunan kata tertentu, dan oleh kata tugas yang disebut kata tanya atau interogatory.
Contoh :
Siapa nama anak itu ? Ali.
E.
Kalimat Permohonan
Kalimat permohonan atau request-sentence adalah kalimat yang menagih responsi perbuatan selain dari pada gerakan-gerakan tangan yang biasa dilakukan untuk mengiringi salam dan panggilan. Responsi perbuatan tersebut dapat pula dibarengi oleh responsi linguistik tertentu.
Contoh :
Silahkan duduk..................... Terima kasih. (dan bergerak untuk duduk)
F. Kalimat Pernyataan
Kalimat pernyataan atau statement-sentence adalah kalimat yang menuntut responsi linguistik atau nonlinguistik yang disebut tanda perhatian atau attention-signal. Kalimat-kalimat pernyataan inilah yang biasanya membangun bagian terbesar sesuatu wacana.
Contoh :
Kemarin saya pergi ke kota............................................. Mm.....m
Saya bertemu dengan teman lama..................................... O, ya !
Kalimat permohonan atau request-sentence adalah kalimat yang menagih responsi perbuatan selain dari pada gerakan-gerakan tangan yang biasa dilakukan untuk mengiringi salam dan panggilan. Responsi perbuatan tersebut dapat pula dibarengi oleh responsi linguistik tertentu.
Contoh :
Silahkan duduk..................... Terima kasih. (dan bergerak untuk duduk)
F. Kalimat Pernyataan
Kalimat pernyataan atau statement-sentence adalah kalimat yang menuntut responsi linguistik atau nonlinguistik yang disebut tanda perhatian atau attention-signal. Kalimat-kalimat pernyataan inilah yang biasanya membangun bagian terbesar sesuatu wacana.
Contoh :
Kemarin saya pergi ke kota............................................. Mm.....m
Saya bertemu dengan teman lama..................................... O, ya !
KLAUSA
Klausa adalaha kelompok kata yang
hanya mengandung satu predikat (Cook, 1971 : 65; Elson and Pickett, 1969 : 64
); atau : klausa ialah suatu bentuks linguistik yang terdiri atas subyek dan
predikat (Ramlan, 1976 : 56)
Klasifikasi
klausa
Berdasarkan
distributi unitnya, klausa dapat diklasifikasikan atas :
a.
Klausa bebas
b. Klausa terikat
a. Klausa
bebas
Klausa
bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna.
Berdasarkan
jenis kata predikatnya, dapat dibedakan menjadi :
a. Klausa verbal
b. Klausa nonverbal
-
Klausa verbal
Klausa verbal adalah klausa yang
berpredikat verbal.
Berdasarkan
struktur internalnya, klausa verbal dapat dibagi menjadi :
a. Klausa transtitif
b. Klausa intranstitif
a. Klausa
transitif
Klausa
transitif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja
yang mempunyai kapasitas memiliki satu atau lebih obyek.
Sebenarnya
kata kerja transitif ini pun masih dapat diperinci lagi menjadi :
(1) semitransitive, with optional
object
(2) transitive, with obligatory
object
(3) ditransitive, with two object
(Cook, 1971 : 70).
Dipandang
dari sifat hubungan aktor-aksi dapat dibeda-bedakan :
a. Klausa aktif
b. Klausa pasif
c. Klausa medial
d. Klausa resiprokal
a. Klausa
aktif
Klausa aktif adalah klausa yang
subjeknya berperanan sebagai pelaku atau aktor.
Contohnya : Ayah melihat saya
menulis surat.
b. Klausa
pasif
Klausa
pasif adalah klausa yang subyeknya berperanan sebagai penderita.
Contohnya : Dia tahu benar surat
itu telah tertulis.
c. .
Klausa medial
Klausa
medial adalah klausa yang subyeknya berperanan baik sebagai pelaku maupun
sebagai penderita.
Contohnya : . . . dia menghibur
hatinya.
d. Klausa
resiprokal
Klausa
resiprokal atau klausa refleksif adalah klausa yang subyek dan obyeknya
melakukan suatu perbuatan yang berbalas-balasan.
Contohnya : Saya tidak suka kalau kalian
baku hantam dengan mereka.
b. Klausa
intransitif
Klausa
intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja instrasitif yaitu kata
kerja yang tidak memerlukan sesuatu obyek (Cook, 1971 : 69).
Contohnya : Ayah pergi ke sawah.
-
Klausa nonverbal
Klausa nonverbal adalah klausa yang
berpredikat nomina, ajektif atau adverbia.
Klausa
nonverbal ini dapat dibagi atas :
a. Klausa statif
b. Klausa ekuasional
a. Klausa
statif
Klausa
statif adalah klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan dengan
ajektif. (Elson and Pickett, 1969 : 112)
Contohnya : Anak itu pintar.
Neneknya kaya.
b. Klausa ekuasional
Klausa ekuasional adalah klausa yang
berpredikat nomina. (Elson and Pickett, 1969 112)
Contohnya : Nenekku dukun.
Pamannya pedagang.
3.3.2 Klausa Non Verbal
Klausa non verbal adalah klausa yang berpredikat nomina,
adjektif atau adverbia. Klausa ini dibagi menjadi dua:
1. Klausa
statif
Klausa
statif adalah klausa yang berpredikat ajektif atau yang dapat disamakan dengan
ajektif.
Contoh:
Anak itu
pintar
Kakeknya
kaya
2. Klausa
ekuasional
Klausa
ekuasional adalah klausa yang berpredikat nomina
Contoh:
Pamannya
pedagang
Isteriku
guru
3.4 Klausa Terikat
Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri
sendiri sebagai kalimat sempurna, hanya mempunyai potensi sebagai kalimat tak
sempurna.
Bila dipandang dari segi
fungsinya, klausa terikat dapat dibedakan atas:
a. Klausa
nominal
Klausa
nominal adalah klausa terikat yang bertindak sebagai nomina.
Contoh:
Mereka melatih pemakaian bahasa
(subyek)
Kami
telah mengatakan hal itu (obyek)
b. Klausa
ajektival
Klausa ajektival
adalah klausa terikat yang bertindak sebagai ajektif.
Contoh:
Orang kaya itu nenek saya
Lelaki tua ini paman si Ali
c. Klausa
Adverbial
Klausa
adverbial adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adverbia.
Contoh:
Dia
pergi ke sana
Saya
akan datang nanti
4.1
Batasan Frase
Frase
adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau
lebih, yang tidak mempunyai cirri-ciri klausa (Cook, 1971: 91; Elson an
Pickett, 1969: 73) atau yang tidak melampaui batas subyek atau predikat
(Ramlan, 1976: 50); sifatnya tidak predikatif.
4.2
Klasifikasi Frase
Berdasarkan tipe strukturnya, dapat
dibedakan :
a.
Frase eksosentris
b.
Frase endosentris
4.3
Frase Eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang tidak berhulu, tidak berpusat atau non-headed (Whitehall, 1956: 9) ataupun noncentered (Cook, 1971: 90)
Berdasarkan struktur internalnya,
frase eksosentris ini disebut juga relater-axis
phrase atau frase relasional
(Bloch, 1968: 165)
Dan bedasarkan posisi penghubung
yang mungkin terdapat di dalamnya, maka frase eksosentris atau frase relasional
ini pun dapat dibedakan menjadi:
a. Frase
preposisi
b. Frase
posposisi
c. Frase
preposposisi
4.3.1
Frase Preposisi
Frase preposisi
adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan.
Contoh:
· di
pasar
· ke
sekolah
· dari
warung
· untuk
mereka
· kepada
ibu
4.3.2 Frase Posposisi
Frase
posposisi adalah frase yang penghubungnya menduduki posisi di bagian belakang.
Contoh:
Bahasa Jepang:
·
ga “penanda subyek”
Heitai
ga,
kureta. “The soldier gave it to me”
·
o
“penanda obyek”
Heitai o,
mita. “I saw a soldier”
·
de “by means of; in, on,at”
Kisya
de,
kita. “I come by train”
4.3.3
Frase Preposposisi
Frase preposposisi adalah frase
yang penghubungnya menduduki posisi di bagian depan dan di bagian belakang.
Contoh:
Bahasa Karo:
Bahasa Karo:
·
i juma nari “dari ladang”
·
i tiga nari “dari pasar”
·
i rumah nari “dari rumah”
4.4
Frase Endosentris
Frase
endosentris adalah frase yang berhulu, yang berpusat atau headed phrase (Whitehall, 1956: 9), yaitu frase yang mempunyai
fungsi yang sama dengan hulunya.
Berdasarkan
tipe strukturnya, frase endosentris ini dapat pula dibagi menjadi:
a. Frase
beraneka hulu (multiple head)
b. Frase
modifikatif (modifier head). (Cook, 1971: 90).
4.4.1
Frase Beraneka Hulu
Frase beraneka hulu adalah frase
yang mengandung lebih dari satu hulu.
Berdasarkan struktur internalnya,
frase beraneka hulu ini dapat dibedakan menjadi:
a. Frase
koordinat
b. Frase
apositif
c. Frase
atributif
4.4.1.1
Frase Koordinatif
Frase koordinatif (atau frase
serial) adalah frase yang hulu-hulunya mempunyai referensi yang berbeda-beda.
Selanjutnya frase koordinatif ini
dibagi menjadi:
a. Frase
koordinatif nominal
b. Frase
koordinatif verbal
c. Frase
koordinatif ajektiva
d. Frase
koordinatif adverbial. (Cook, 1971: 101)
4.4.1.1.1
Frase Koordinatif Nominal
Frase koordinatif nominal adalah gabungan dua atau lebih frase
yang bertipe nominal.
Contoh:
Bahasa Indonesia:
Kerbau, sapi dan domba itu dijiualnya dengan harga murah.
Paman dan bibi tak pernah pergi ke Jawa.
Dia dan kamu tidak mempunyai hubungan darah.
4.4.1.1.2
Frase Koordinatif Verbal
Frase koordinatif verbal adalah
gabungan dua atau lebih bentuk verba.
Contoh:
Bahasa Indonesia:
Kami
berembuk dan berunding selam dua jam.
Pemuda-pemudi
itu bernyanyi dan menari sampai pagi.
Mereka
bercanda dan bergurau dengan gembira.
Sanggupkah
kamu membajak dan memacul di sawah?
Di Puncak kami duduk-duduk
dan makan-makan sambil menghirup
udara segar.
Frasa koordinat
adverbial
•
Frase koordinatif adverbial adalah
gabungan dua atau lebih frase atau kata yang bertipe adverbial.
•
Contoh :
•
Pemuda itu menjalankan mobilnya dengan tergesa-gesa
dan cepat sekali.
•
Pikir dahulu baik-baik serta
masak-masak sebelum mengerjakan sesuatu.
Frase apositif
•
Frase apositif adalah frase yang
hulu-hulunya mempunyai referensi yang sama. Frase apositif umumnya bersifat
nominal.
•
Contoh :
•
Pak Amat, tukang pangkas itu,
dipukul orang kemarin.
•
Si Inem, pelayan seksi itu
bermain dengan baik sekali.
Frase modifikatif
•
Frase modifikatif adalah frase yang
mengandung hanya satu hulu.
•
Dipandang dari segi struktur
internalnya, frase modifikatif ini dapat pula dibeda-bedakan atas :
- Frase nominal
- Frase verbal
- Frase ajektival
- Frase adverbial
Frase nominal
a. Frase
nominal adalah frase modifikatif yang hulunya berupa nomina atau kata benda.
b. Contoh
:
c. Orang
kuat harus melindungi orang lemah
d. Anak
rajin memang pantas mendapat hadiah.
Frase
verbal adalah frase modifikatif yang dahulunya berupa
verba atau kata kerja.
Contoh: Adik sedang belajar dikamar.
Ayah belum
pulang dari kantor.
Frase ajektival
adalah frase modifikatif yang dahulunya berupa ajektif atau kata keadaan.
Contoh: Harga mobil itu terlalu mahal.
Guru
kami pandai sekali bercerita.
Frase adverbial
adalah frase modifikatif yang dahulunya berupa adverbia atau kata keterangan.
Contoh: Dia pulang kemarin pagi ke kampungnya.
Nanti malam ada pertemuan kaum ibu di
sini.
KALIMAT, KLAUSA, DAN FRASE
Dosen Pembimbing : Ibu Eni Zubaidah
disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Konsep Dasar Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
SELLY ARISTA P. (12108244034)
SOPHIA RACHMA Q. (12108244086)
NASTITI LINDA F. (12108244102)
EKO PRASETIYO A. (12108244109)
MEMA R. (12108244116)
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
No comments:
Post a Comment