UNTUK
CINTA
Bulan bersinar terang menggantikan cahaya mentari, sementara itu seseorang
di sebuah kamar..
BABAK I
Shelvy : Saat cahaya hidupku mulai meredup, mimpi yang hanya
sekelebat kabut itu menghilang sesaat.. (melamun, sambil memeluk boneka hadiah dari
Rezza)
Tok.. tok.. tok..
Mama Rita :
Shelvy, apa kamu sudah tidur nak? (membuka pintu kamar yang tidak terkunci)
Lho, kok belum tidur? Cepet tidur, nak.. (pelan dan penuh kasih sayang, sambil
menyelimuti Shelvy)
Shelvy : Ma, Shelvy mau tanya.. (Mama menoleh sambil melempar senyum)
Papa ke mana, Ma?
Mama Rita :
(terkejut) mmm… papa kerja di Singapore.
Shelvy : Kalau
papa di Singapore, kenapa papa nggak menelpon Shelvy? Shelvy selalu mencoba
telepon papa, tapi nggak pernah diangkat. Kenapa, sih Ma? (raut muka sedih)
Mama Rita :
Sudahlah Shelvy, percuma mama beritahu kamu (terisak). Yang penting mama ada di samping kamu
saat ini dan selamanya. Ya, kan? (berusaha tegar)
Shelvy :
(memeluk mama). Iya ma, Shelvy sayang sama mama.
Mama Rita : Ya
sudah. Sekarang tidur, gih! Selamat malam. (berdiri dan meninggalkan kamar)
Shelvy :
(melamun) Mama, Shelvy sudah tahu semuanya. Tetapi satu hal yang tidak
diketahui Mama tentang masalahku, itu karena Shelvy sayang mama. Shelvy gak mau nyusahin mama..
BABAK II
Kicau burung mulai menyambut sang
mentari. Itulah yang membuat hidup Shelvy menjadi berarti. Kehidupan di dunia
ini harus ditaklukkan.
Di kantin kampus, Shelvy,
sahabatnya, Nesya dan kekasihnya, Rezza sedang menyantap bekal.
Nesya : Vy, Za,
setelah makan kita kerjain tugas Bahasa Indonesia yuk!
Shelvy : Oh,
tugas yang tadi itu? Oke de—uhuk.. uhuk..! (batuk darah)
Nesya : Kamu
nggak apa-apa, kan, Vy? (memegang bahu Shelvy)
Shelvy : Oh,
nggak! (melamun) aku harus periksa ke dokter tanpa ada yang tahu, termasuk
Rezza dan Nesya.
Rezza : Shelvy,
kamu sakit? (menatap Shelvy penuh perhatian)
Shelvy : Gak,
Za, nggak apa-apa. Tadi keselek aja. Oiya, Za, Nes, Shelvy harus pulang. Mama
harus check up ke dokter Maria dan Shelvy harus nemenin mama. Duluan ya..
(langsung berdiri dan pergi)
Rezza & Nesya : Lho, tapi.. (bingung)
BABAK III
Shelvy terpaksa membohongi sahabat
dan kekasihnya. Dia tidak ingin
merepotkan orang-orang yang disayanginya. Lalu di Rumah Sakit Sejahtera, Shelvy
bergegas menuju ruangan dokter Maria.
Tok.. tok..
tok..
Dokter Maria :
Silakan masuk. Eh Shelvy.. ada apa dengan mamamu, jangtungnya kambuh lagi?
Shelvy :
Enggak, Dok. Tapi Shelvy udah lama, kira-kira 6 bulan ini Shelvy sering sekali
batuk darah, terus sering pusing. Kira-kira saya kenapa ya, dok?
Dokter Maria :
Hmm.. mungkin saya perlu cek kamu di lab, Shelvy. Ayo. (berdiri mengantar
Shelvy ke lab)
Dokter Maria langsung memeriksa Shelvy di laboratorium. Setelah sekitar 20
menit..
Dokter Maria :
Sebelumnya dokter minta maaf. Shelvy sepertinya menderita leukemia stadium 3.
Shelvy :
(shock) ya ampun.. lalu, saya punya waktu berapa lama lagi, dok?
Dokter Maria :
Kira-kira dua bulan. Ini hasil labnya.
Shelvy : Ehm.. Shelvy minta tolong
dokter jangan beritahu siapa-siapa tentang hal ini, termasuk keluarga Shelvy.
Dokter Maria :
Tapi kenapa?
Shelvy : Shelvy
minta tolong banget, dok!
Dokter Maria :
Ya sudah, saya tidak akan beritahu. Kamu yang kuat ya.
Shelvy : Ya.
Terima kasih banyak ya, dok. (menyalami dokter Maria dan pergi)
BABAK IV
Di rumah Shelvy, telah terjadi
pertengkaran heboh antara Mama Rita, yaitu mamanya Shelvy dengan Tante Dian dan
Om Suryo, yaitu om dan tantenya Shelvy. Tanpa mereka sadari, Shelvy berdiri di balik pintu,
mendengar percakapan.
Tante Dian :
Nggak, mbakyu! Pokoknya mbakyu harus minta cerai sama Mas Andre. Saya nggak
terima mbakyu ditelantarkan. Kasihan si Shelvy!
Om Suryo : Iya,
mbakyu Rita. Demi nama baik keluarga kita, demi mbakyu, juga Shelvy.
Tante Dian :
Apa yang dikatakan Mas Suryo itu bener, mbakyu. Mas Andre sudah memilih wanita
lain, siapa itu? Si Melly, yang juga punya anak gendut jelek. Toh, masih
mending mbakyu! Kalau sampai Shelvy tahu dia punya saudara tiri di kampus yang
sama, aku nggak tau apa yang akan dilakukan Shelvy.
Om Suryo :
Sudahlah Dian, percuma. Mbakyu nggak mungkin dengerin kita. Mbakyu lebih
memilih cintanya yang besar pada Andre. Lebih baik kita pergi.
Mama Rita :
Tunggu, kalian jangan pergi! Semenjak papa dan mama meninggal, mereka sudah
menitipkan warisan hartanya kepada kita, termasuk Andre, karena memang kita
berempatlah yang mereka miliki. Itulah alasan kenapa mbakyumu bersikukuh
mempertahankan rumah tangga ini. Dan juga Shelvy tentunya. Maafkan Mbak Rita.
Tapi kalau memang cerai adalah keputusan terbaik menurut kalian, aku akan
menuruti.
(Tiba-tiba Shelvy masuk)
Shelvy : Jadi, selama ini mama
membohongi Shelvy ya? (dingin dan agak nyaring) cukup ma, Shelvy udah cukup
menderita (berjalan masuk kamar)
Mama Rita :
Tapi Shelvy.. dengerin mama dulu, nak.. Shelvy!
Tante Dian :
Sudah, mbakyu. Biarin aja,
nanti dia pasti mengerti. Yang pasti, semua keputusan di tangan mbakyu. Kami
pamit pulang dulu ya. (berdiri dan pergi)
(Mama Rita hanya terpaku)
BABAK V
Keesokan harinya di kampus, Shelvy memikirkan apa yang terjadi kemarin.
Shelvy :
(bergumam) Dua bulan.. waktu yang begitu singkat untuk hal serumit ini. Apa
yang harus aku lakukan? Masalah mama dan papa, Rezza dan Nesya? Rezza, yang
sudah 2 tahun bersamaku, juga Nesya, sahabatku sejak kecil..
Nesya : Ehemm..
duh, enak nih ngelamun di siang-siang bolong gini!
Shelvy : Huft..
apaan sih, ngaco! Eh Nes, kamu mau nggak bantuin aku, masalah mama-papaku? Ayo
ikut aku! (menarik tangan Nesya)
Nesya : Lho,
ikut kemana, Vy? (bingung)
Shelvy : Udah
ikut aja, deh pokoknya!
Shelvy dan Nesya mancari-cari Nancy, anak dari Tante Melly, selingkuhan
papanya Shelvy. Sejam kemudian mereka menemukannya.
Shelvy : Nancy,
ya? Kenalin, aku Shelvy, dan ini Nesya (berjabat tangan) Kami mau tanya.
Nancy : Iya..
oh, tanya aja gak apa-apa.
Setelah lama mereka bercerita dan mencari solusi, Nancy akhirnya mengajak
Shelvy dan Nesya ke rumahnya. Ternyata papanya Shelvy benar ada di sana. Di rumah,
mereka bertemu dengan Mama Melly.
Mama Melly :
Nancy! (terkejut) Siapa mereka?
Nancy : Mereka
ini temennya Nancy, ma! Om Andre di mana? Ternyata dia bukan cuma sahabat mama,
ya? (dengan nada menyelidik)
Mama Melly :
Nancy, kenapa kamu ngomong gitu? Denger ya, mama mau jelasin semuanya.
Nesya : Lebih
baik Tante Melly nggak usah jelasin, semua udah jelas.
Mama Melly :
Tapi kalian salah paham. Tolong beri saya waktu untuk menjelaskannya.
Shelvy : Baik,
silakan.
Mama Melly menjelaskan semuanya panjang lebar. Ternyata Bu Melly adalah
sahabat Papa Andre. Pertengkaran Mama Rita dan Papa Andre itulah penyebabnya,
Mama Rita mengusir suaminya. Bu Melly adalah orang yang menolong Papa Andre
dengan memperbolehkan tinggal di rumahnya. Kesalahpahaman itupun akhirnya dapat
dimengerti oleh Shelvy dan Nesya. Tiba-tiba saja..
Papa Andre :
Asslamualaikum.. lho, Shelvy, kok kamu di sini? (kaget)
Mama Melly : Walaikumsalam.
Iya, Ndre. Sudah saatnya kamu pulang, kasihan Shelvy.
Shelvy : Iya,
Pa. Ayo pulang, mama udah nungguin! (tersenyum pada papanya)
Papa Andre :
Ya, nak, tapi… baiklah. Papa akan pulang. Melly, terimakasih kamu sudah
membantuku.
Mama Melly :
Ah.. nggak masalah, kita kan sahabat. (tersenyum simpul)
BABAK VI
Akhirnya Papa Andre pulang kembali
ke rumah Shelvy. Shelvy dan Nesya senang bercampur lega. Tak lupa mereka
mengucapkan terimakasih kepada Nancy sebelum meninggalkan rumah Mama Melly.
Malam harinya di rumah Shelvy…
Papa Andre : Assalamualaikum, Rita.
Mama Rita : Kok kedengaran seperti
Andre… oh, walaikumsalam. Mas Andre, Shelvy, Nesya.. (setengah tak percaya)
Papa Andre :
Rita, maafkan Mas Andre..
Mama Rita :
Iya, Mas. Maafkan Rita juga. (mereka berdua tersenyum)
Shelvy : Oh
iya, Ma. Besok Shelvy ujian, bentar lagi wisuda. Nesya mau pamit.
Nesya : Iya,
om, tante. Nesya pamit pulang dulu ya. Vy, aku pulang ya. (melambaikan tangan)
Shelvy : Iya,
makasih ya, Nes. Hati-hati.
BABAK VII
Keesokan harinya, setelah selesai
ujian, Rezza mengajak Shelvy bertemu dengan mamanya. Sesampai di rumah, Rezza
langsung memanggil mamanya.
Rezza : Mama.. kenalin, ini Shelvy.
Shelvy : Senang
ketemu tante (menjabat tangan Mama Tutik)
Mama Tutik : Tante juga seneng punya
calon menantu seperti kamu.
Rezza : Oh iya, Ma. Jangan lupa
dateng, besok Rezza sama Shelvy wisuda.
Mama Tutik :
Iya, iya.. mama datang. Sebentar ya, mama ke belakang dulu bersih-bersih
kamarmu itu lho. Biasa, Shelvy, Rezza itu selalu
berantakan!
Shelvy : (tersenyum manis) Mamamu
lucu, ya. Mm, Rezza, aku mau ngomong sesuatu.
Rezza : Ngomong apa sih, Shel?
Shelvy : Rez,
aku mikirin Nesya. Menurutmu Nesya itu gimana, sih?
Rezza : Nesya
itu baik, cakep, pengertian, semua cowok pasti mau sama dia! Tadi kamu mau ngomong
apa?
Shelvy : Rez,
sebenernya aku pengin kamu sama Nesya.
Rezza : Apa??!
(terperanjat) Kenapa kamu ngomong kaya gitu?
Shelvy :
Waktuku tinggal beberapa hari lagi karena leukemia yang aku derita. Mungkin
kamu nyesel pacaran sama aku. Aku minta maaf ya, Rez.
Rezza : Kamu
ngomong apa, sih? Enggak, aku sama sekali nggak nyesel, justru aku makin sayang
sama kamu, seharusnya aku yang minta maaf karena nggak pernah merhatiin kamu.
Shelvy : Kamu
nggak ngerti keadaannya, Rez. Kamu harus sama Nesya..
Rezza : Keadaan
apa? Shel, Nesya
bisa dapetin yang lebih baik daripada aku. Aku akan tetap sama kamu, Shelvy.
Shelvy : Rezza,
aku cuma pingin kamu bahagia (mulai terisak dan pergi)
Shelvy akhirnya pulang. Semenjak
itu, Shelvy dan Rezza tak pernah bertemu lagi. Shelvy mengurung diri di
kamarnya, tidak mau makan ataupun minum. Hawa menjadi semakin dingin. Apa yang
terjadi?
BABAK VIII
Beberapa hari kemudian, Nesya tampak
berlari ke arah Rezza yang sedang berdiri di depan majalah dinding.
Nesya : Rezza !!
Rezza : Nesya? Ada apa? Kenapa
keburu-buru?
Nesya : (masih ngos-ngosan) Shelvy,
Rez..
Rezza : (kaget)
ada apa dengan Shelvy?!
Nesya : Shelvy
masuk Rumah Sakit. Dia kambuh dan sekarang lagi diperiksa. Aku ke sini
memberitahu kamu.
Rezza : Kalo
begitu, ayo sekarang beragkat!
Sesampai di Rumah Sakit Sejahtera, sudah ada Papa Andre dan Mama Rita.
Mereka menemui Dokter Maria.
Papa Andre :
Bagaimana Shelvy, dok?
Dokter Maria :
Maaf, Pak Andre, hanya ini yang bisa kami lakukan. Waktunya tak bisa lebih lama
lagi..
Rezza : Nggak
mungkin!
Rezza menerobos masuk ke ruang UGD, diikuti orang tua Shelvy, Nesya dan
Budhe Retno, yaitu budhenya Nesya yang merawat Nesya sejak kecil.
Rezza : Shelvy!
Shelvy : Rezza.. maafkan aku ya, Ma,
Pa, Nesya, Budhe. Ma, Pa, waktuku nggak banyak lagi. Aku cuma pengen Mama dan Papa
mengangkat Nesya menjadi penggantiku. Nggak apa-apa kan, Budhe?
Budhe Retno :
Aduh nak Shelvy.. nggak usah kayak gitu tho.. Nesya kan cuma temennya Shelvy..
Shelvy : Nesya
udah aku anggep saudara sendiri, Budhe.. gimana, Ma, Pa?
Mama Rita :
Iya, Shel, kami pasti akan mengabulkan permintaanmu. Nesya kan sudah sangat
kenal dengan kita.
Budhe Retno :
Aduh.. merepotkan Dik Rita dan Dik Andre ini jadinya.. Ya sudah, Nesya pasti
juga senang tinggal sama Shelvy. Terima kasih ya Dik.. (tersenyum haru)
Papa Andre :
Iya, Mbak Retno. Sama-sama..
kami nggak kerepotan kok..
Nesya : Tante,
Om.. terimakasih banyak karena sudah menerima Nesya. (tersenyum bahagia). Vy,
kamu emang yang terbaik. Tapi jangan tinggalin kami secepat itu, Vy..
Shelvy :
(menoleh ke Rezza) Rezza, Nesya.. aku pingin kalian jadi sepasang kekasih. Aku tak mau
Rezza kesepian dan sedih. Sekarang, Shelvy mau pamit.. maaf dan makasih untuk
semuanya..
Rezza : SHELVY
…. !! (berteriak kencang)
“Cahaya itu telah mati. Pandanganku
gelap, mimpi yang hanya sekelebat itu sekarang menelanku. Hawa dingin akan
terus berhembus.. terus.. terus..”
Shelvy pergi dalam damai. Dalam lubuk hatinya, ia yakin ia telah melakukan
yang terbaik untuk orang-orang yang disayanginya. Dan pada kenyataannya, semua
terjadi seperti permintaan Shelvy. Dari atas sana Shelvy tersenyum bahagia.
SELESAI
No comments:
Post a Comment