Istilah gaul dijaman sekarang memang semakin menjamur. Biasanya
pengguna bahasa gaul ini adalah kebanyakan dari kalangan anak sekolah.
Banyak anak sekolah menggunakan bahasa gaul ini untuk menjaga
eksistensinya dalam pergaulan. Kata gaul apa yang sekarang (tahun 2012,
red) sedang akrab di anak gaul indonesia? Jawabanya adalah "Kepo".
Kata ini bisa kita dengar di angkot, bus maupun di sekolah dan
pemakainya adalah dari kalangan anak sekolah. Misal " ih Kepo banget sih
loooo!!!". Bagi orang yang gaul di jaman koes plus mungkin akan
bertanya-tanya. Ini jawabannya yang berhasil di susun serupedia.
Kepo berasal dari kata Kaypoh. Bahasa Hokkien yang banyak dipake di
Singapura dan sekitarnya. Sama seperti fudul, kepo berarti ingin tahu,
mencampuri urusan orang lain, dan nggak bisa diam. Kata ini punya
konotasi yang rada negatif. " Dia udah putus belom sama sih sama
ceweknya?""Iiih, kep banget si loo!".
Dalam keterangan lain, Kepo adalah akronim dari Knowing every Particular
Object adalah sebutan untuk orang yang serba tahu detail dari sesuatu,
apapun yang lewat di hadapannya selama itu terlihat oleh matanya
walaupun hanya sekelebat
dalam beberapa kasus orang kepo adalah orang yang serba ingin tahu, bisa
jadi kayak semacam kecanduan untuk tahu segala hal yang sepele dan itu
bisa dia unggulkan sebagai kekuatan orang tersebut.
Nah dari informasi di atas jadi kita tahu kan arti dan asal kata kepo yang sekarang lagi ngetren itu. Semoga bermanfaat.
Tabel (TAMAN BELAJAR)
Learning Together
Friday, March 21, 2014
lebahku sayang lebahku yang malang
Peneliti dan spesialis lebah asal Lausanne, Swiss, Daniel Favre berbagi
penemuannya mengenai medan elektromagnetik ponsel dan pengaruhnya
terhadap populasi lebah madu.
Dalam eksperimennya,Favre menempatkan dua ponsel di dalam sarang lebah dan menyiapkan perangkat untuk merekam suara lebah ketika ponsel sedang mati.
Lebah dan ponsel kedengarannya memang tidak berhubungan, namun ada dugaan radiasi yang ditimbulkan sinyal ponsel menjadi penyebab turunnya populasi lebah saat ini. Seperti dikutip harian Inggris Independent, tanda-tanda kepunahan lebah telah terlihat di berbagai kawasan di eropa, seperti Jerman, Spanyol, Yunani, dan juga Inggris.
Saat aktif ponsel hidup sekitar 20 - 40 menit, lebah mulai membuat suara bernada tinggi. Suara tunggal ini biasanya dibuat oleh lebah untuk mengumumkan bahwa sarang berada dalam bahaya,namun setelah sinyal ponsel aktif selama 20 jam dan suara tinggi terus berlanjut,lebah tidak bergerombol. Hanya dua menit dari setelah ponsel dimatikan,lebah tenang kembali.
Favre menyerukan agar komunitas ilmiah internasional untuk terus melihat hubungan antara ponsel dan medan elektromagnetik dan penurunan populasi lebah madu. Nah Itulah akibat berkembangnya Hp yang terlalu pesat. Yang jadi pertanyaan sekarang, emang apa pengaruhnya lebah pada kehidupan manusia?, jawabannya: sangat besar sekali pengaruhnya.
Sebelumnya, penurunan drastis populasi lebah telah terjadi di Amerika Serikat, dengan menghilangnya 60% populasi di kawasan pantai barat dan 70% di kawasan pantai timur.
Seperti di Amerika utara saat ini ada 50 spesies kumbang yang
ada, hanya 8 spesies yang diamati,4 diantara nya mengalami masalah
besar. Termasuk pula lebah madu di dalamnya.
Lebah kita tahu memiliki manfaat banyak bagi manusia , mulai dari madu yang mereka hasilkan, air liur lebah yang telah di teliti dapan menyembuhkan berbagai macam penyakit yang bersarang ditubuh manusia, serta pengobatan alternatif yang dilakukan dengan cara menyengatkan “bisa” lebah ke bagian tubuh yang menderita sakit ,dan masih banyak lagi. Namun dari sekian banyak manfaat dan pengobatan gratis itu akan langka kita temukan bahkan bisa jadi tidak akan kita temukan lagi.
Kita tahu lebah selama ini hanya dapat bertahan hidup selama 7 pekan ,tetapi dengan banyak nya sinyal radiasi di bumi maka akan membunuh para koloni lebah dalam hitungan menit saja.
Fenomena ini dikenal dengan nama Colony Collapse Disorder atau (CCD). CCD terjadi ketika para lebah pekerja tiba-tiba menghilang, meninggalkan ratu lebah, telur dan lebah yang masih kecil mati terlantar disarangnya. Ada banyak dugaan mengapa mereka tidak kembali ke sarangnya, dan salah satu teori yang belakangan mengemuka adalah radiasi ponsel mengganggu sistem navigasi lebah, mengakibatkan mereka kebingungan dan tidak dapat kembali kesarangnya.
Jika Koloni Lebah Musnah, Apa Yang Akan Terjadi? Tumbuhan, Binatang dan Manusia Ikut Punah.
“Jika lebah menghilang dari muka Bumi, maka manusia hanya memiliki 4 tahun lagi untuk dapat bertahan hidup.” (Albert Einstein)
Merosotnya koloni lebah dunia membuat cemas para peneliti
sejagat, dan tak sedikit pula masyarakat dunia ikut mencemaskannya.
Mereka mengadakan seminar-seminar, penyuluhan dan demonstrasi seantero
dunia.
Lebah mencari madu dari tumbuhan berbunga, termasuk tumbuhan buah. Namun sayangnya tumbuhan-tumbuhan berbunga kebanyakan adalah tumbuhan semak. Oleh karenanya kadang tumbuhan semak yang berbunga ini justru dianggap “tumbuhan hama” oleh para petani dunia.
Dalam eksperimennya,Favre menempatkan dua ponsel di dalam sarang lebah dan menyiapkan perangkat untuk merekam suara lebah ketika ponsel sedang mati.
Lebah dan ponsel kedengarannya memang tidak berhubungan, namun ada dugaan radiasi yang ditimbulkan sinyal ponsel menjadi penyebab turunnya populasi lebah saat ini. Seperti dikutip harian Inggris Independent, tanda-tanda kepunahan lebah telah terlihat di berbagai kawasan di eropa, seperti Jerman, Spanyol, Yunani, dan juga Inggris.
Saat aktif ponsel hidup sekitar 20 - 40 menit, lebah mulai membuat suara bernada tinggi. Suara tunggal ini biasanya dibuat oleh lebah untuk mengumumkan bahwa sarang berada dalam bahaya,namun setelah sinyal ponsel aktif selama 20 jam dan suara tinggi terus berlanjut,lebah tidak bergerombol. Hanya dua menit dari setelah ponsel dimatikan,lebah tenang kembali.
Favre menyerukan agar komunitas ilmiah internasional untuk terus melihat hubungan antara ponsel dan medan elektromagnetik dan penurunan populasi lebah madu. Nah Itulah akibat berkembangnya Hp yang terlalu pesat. Yang jadi pertanyaan sekarang, emang apa pengaruhnya lebah pada kehidupan manusia?, jawabannya: sangat besar sekali pengaruhnya.
Sebelumnya, penurunan drastis populasi lebah telah terjadi di Amerika Serikat, dengan menghilangnya 60% populasi di kawasan pantai barat dan 70% di kawasan pantai timur.
Quote:
|
Lebah kita tahu memiliki manfaat banyak bagi manusia , mulai dari madu yang mereka hasilkan, air liur lebah yang telah di teliti dapan menyembuhkan berbagai macam penyakit yang bersarang ditubuh manusia, serta pengobatan alternatif yang dilakukan dengan cara menyengatkan “bisa” lebah ke bagian tubuh yang menderita sakit ,dan masih banyak lagi. Namun dari sekian banyak manfaat dan pengobatan gratis itu akan langka kita temukan bahkan bisa jadi tidak akan kita temukan lagi.
Kita tahu lebah selama ini hanya dapat bertahan hidup selama 7 pekan ,tetapi dengan banyak nya sinyal radiasi di bumi maka akan membunuh para koloni lebah dalam hitungan menit saja.
Fenomena ini dikenal dengan nama Colony Collapse Disorder atau (CCD). CCD terjadi ketika para lebah pekerja tiba-tiba menghilang, meninggalkan ratu lebah, telur dan lebah yang masih kecil mati terlantar disarangnya. Ada banyak dugaan mengapa mereka tidak kembali ke sarangnya, dan salah satu teori yang belakangan mengemuka adalah radiasi ponsel mengganggu sistem navigasi lebah, mengakibatkan mereka kebingungan dan tidak dapat kembali kesarangnya.
Jika Koloni Lebah Musnah, Apa Yang Akan Terjadi? Tumbuhan, Binatang dan Manusia Ikut Punah.
Quote:
|
Quote:
Semua elemen dari suatu ekosistem sangat penting, dan memainkan
peran mereka sendiri yang berbeda dalam fungsional holistik ekosistem
tersebut. Jika Anda menghapus salah satu unsur itu maka akan dapat menyebabkan tingkat kehancuran tertentu, dan sistem alami akan perlu melakukan penyesuaian, yang bisa positif atau negatif dan berada di luar kendali kita. |
Lebah mencari madu dari tumbuhan berbunga, termasuk tumbuhan buah. Namun sayangnya tumbuhan-tumbuhan berbunga kebanyakan adalah tumbuhan semak. Oleh karenanya kadang tumbuhan semak yang berbunga ini justru dianggap “tumbuhan hama” oleh para petani dunia.
kisah inspiratif dari seorang pemuda
RUBEN Abu Bakr adalah pria asal Australia yang sangat humoris. Semula,
ia adalah seorang atheis. Ia kemudian mempelajari seluruh agama, mulai
dari Kristen, Katolik, Budha, Hindu hingga Yahudi. Terakhir, ia malah
masuk Islam. Mengapa?
Kisah Ruben bermula ketika ia duduk di bangku kuliah. Kala itu, ia harus menghadapi beragam peristiwa berat. Sahabatnya tewas karena narkoba.
Tidak lama kemudian, orang tuanya bercerai. Ia pun dilanda kemiskinan.
“Bahkan, anjing peliharaan saya saja mati,” tutur Ruben
Frustrasi atas musibah kematian kerabat yang terus dihadapinya, ia pun bertanya-tanya tentang tujuan hidup. Tentu, hidup tak sekadar untuk mati. Berangkat dari pemikiran itu, ia pun mencari keberadaan Tuhan dengan meneliti setiap agama yang ada.
Nasrani menjadi agama pertama yang mendapat perhatian Ruben untuk diselidiki. Ini karena hampir semua temannya menganut agama ini. Ruben pun menuju gereja dan mendapati orang-orang yang bernyanyi memuji Tuhan dan mengatakan Tuhan Maha Pengasih. Pengalaman pertamanya ke gereja tak serta-merta membuat Ruben puas. Ia terus mempelajari Kristen, termasuk tentang Katolik, Anglikan, Baptisme, imam, pendeta, dan lain sebagainya. Ia pun memiliki banyak pertanyaan mengenai Kristen. Kesimpulannya, ia merasa tak cocok dengan agama ini.
Pencarian pun berlanjut. Ia beralih kepada Buddha. Kebetulan, Ruben yang bekerja paruh waktu di pom bensin berteman dengan seorang beragama Buddha. Ia tercengang ketika tahu Tuhan Buddha berkepala gajah.
“Mengapa Tuhan memiliki kepala gajah? Dapatkah kita memilih kepala singa? Atau sesuatu yang lebih perkasa?” tanya Ruben kepada temannya.
Ruben menganggapnya tidak logis. Ia juga sempat mempelajari agama Mormon. Awalnya, dia menilai, ajaran agama ini sangat baik karena tidak memperbolehkan penganutnya meminum alkohol, kafein, dan cola. Namun, Ruben tidak menemukan kebaikan iman di agama ini. Ia kemudian menyelidiki agama Yahudi. Namun lagi-lagi, Ruben tidak menemukan apa yang ia cari.
Merasa upayanya sia-sia, Ruben pun menemui seorang temannya untuk berkonsultasi. Si teman yang beragama Kristen pun bertanya, “Bagaimana dengan Islam?”
Ruben pun sontak menolak. ”Apa? Islam? Untuk apa aku menyelidiki agama terorisme? Gila!”
Bagai menelan air ludah. Terbukti, lidah Ruben tak sesuai dengan tubuhnya. Ia kemudian melangkah memasuki masjid ketika suatu kali melewatinya.
“Saya tidak tahu apa yang menggerakkan saya, yang jelas saya menanggalkan sepatu dan langsung masuk begitu saja. Saya pikir, saya akan mati di masjid karena ketika itu saya satu-satunya orang kulit putih,” kata Ruben.
Ruben pun bertemu dengan seorang pria berperawakan besar asal Timur Tengah, berjanggut dan mengenakan gamis. Ruben menggambarkannya persis mirip para tersangka teroris. Yang mengagetkan, sosok tersebut menyapa sangat ramah, bahkan menyuguhkan sajian layaknya menerima tamu.
”Namanya Abu Hamzah,” ujar Ruben. Ia masih ingat, ia sangat kaget mendapat perlakuan seperti itu.
Ruben pun serta-merta menanyakan banyak hal tentang Islam. Misalnya, mengapa Abu Hamzah berjanggut dan mengapa Muslimah berhijab. Ia menanyakan pula mengenai praktik poligami dan lain sebagainya. Saat itu, Ruben dengan sombong menyangka pertanyaan itu sangat berat dan akan menyulitkan Abu Hamzah. Namun, lagi-lagi Ruben tercengang. Abu Hamzah mengambil Al-Quran dan menjelaskannya sesuai firman Allah SWT.
“Mereka selalu membuka Al-Quran untuk menjawab dan sama sekali tidak beropini sendiri. Mereka mengatakan tak boleh beropini tentang firman Tuhan,” tutur Ruben.
Ia pun membawa pulang sebuah kitab Al-Qur’an dari masjid tersebut. Ruben membaca terjemahannya dan sangat terkagum-kagum. Ia terpesona bagaimana Al-Qur’an menjelaskan proses penciptaan manusia. Butuh enam bulan bagi Ruben untuk menelaah Al-Qur’an, hingga ia menyimpulkan, “Inilah yang aku cari dan perlukan.”
Dari tahap awal tersebut, Ruben pun berpikir untuk menantang Allah SWT sebelum benar-benar bersyahadat dan memeluk Islam. Ia menyalakan lilin, duduk di dekat jendela, seraya berkata, “Allah, ini adalah saat bagi saya untuk terjun ke Islam. Yang saya butuhkan hanya sebuah tanda. Hanya tanda kecil, mungkin sedikit petir, atau mungkin rumah yang runtuh.”
Lama ia menunggu, tidak ada tanda apa pun. Lilin yang ia harapkan padam sebagaimana yang sering ia lihat di film, tidak terjadi. “Ayolah Allah, satu saja,” Ruben memaksa.
Namun, tetap tidak ada apa pun yang terjadi. Ruben merasa kecewa kepada Allah. Dengan perasaan kecewa, Ruben kembali membuka Al-Qur’an, kemudian membaca ayat, “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari, dan bulan untukmu. Dan, bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT.) bagi kaum yang memahami-(nya).”
Membaca ayat tersebut, bulu roma Ruben berdiri. Ia segera lari ke tempat tidur dan sembunyi di balik selimut. Berkeringat dingin, ia tidak mampu melakukan apa pun saking takutnya.
“Betapa arogannya saya ketika itu menantangNya, padahal matahari dan semua yang diciptakan-Nya merupakan tanda-tanda.”
Ruben pun kembali ke masjid dan bermaksud mengucapkan syahadat. Jamaah di masjid pun menyaksikan perubahan hidup Ruben menuju kebaikan.
Namun, Ruben mengaku kesulitan saat harus mengucapkan syahadat dengan bahasa Arab.
“Bisakah saya mengucapkannya dengan bahasa Inggris?” tawarnya kepada Abu Hamzah.
Tentu saja, permintaan Ruben tidak diizinkan. Meski harus berkali-kali keseleo lidah, akhirnya Ruben mampu bersyahadat. Usai mengucapkan syahadat, seluruh jamaah pria di masjid pun menciumnya. Saat itu, masjid dipenuhi jamaah karena bertepatan dengan hari pertama Ramadhan. Menurut Ruben, baru kali itu ia dicium begitu banyak pria. Namun, ia sangat senang. Ini peristiwa sangat berharga dan tak mungkin ia lupakan.
Sementara itu, keluarganya merasa cemas dengan keislaman Ruben. Mereka menyangka putra mereka telah masuk ke dalam kelompok teror.
“Mereka takut jika nanti saya memegang senapan AK 47 dan granat,” kata Ruben sembari tersenyum. Namun, hari demi hari, orang tua Ruben justru mendapati anaknya menjadi pribadi yang patuh dan baik. Mereka pun menyukai perubahan Ruben.
Bahkan, sang ayah ikut tertarik membaca Al-Quran. Dan berkata “Kini, kamu menjadi orang yang lebih bisa diandalkan, dipercaya, dan dapat dimintai tolong.”
Kisah Ruben bermula ketika ia duduk di bangku kuliah. Kala itu, ia harus menghadapi beragam peristiwa berat. Sahabatnya tewas karena narkoba.
Tidak lama kemudian, orang tuanya bercerai. Ia pun dilanda kemiskinan.
“Bahkan, anjing peliharaan saya saja mati,” tutur Ruben
Frustrasi atas musibah kematian kerabat yang terus dihadapinya, ia pun bertanya-tanya tentang tujuan hidup. Tentu, hidup tak sekadar untuk mati. Berangkat dari pemikiran itu, ia pun mencari keberadaan Tuhan dengan meneliti setiap agama yang ada.
Nasrani menjadi agama pertama yang mendapat perhatian Ruben untuk diselidiki. Ini karena hampir semua temannya menganut agama ini. Ruben pun menuju gereja dan mendapati orang-orang yang bernyanyi memuji Tuhan dan mengatakan Tuhan Maha Pengasih. Pengalaman pertamanya ke gereja tak serta-merta membuat Ruben puas. Ia terus mempelajari Kristen, termasuk tentang Katolik, Anglikan, Baptisme, imam, pendeta, dan lain sebagainya. Ia pun memiliki banyak pertanyaan mengenai Kristen. Kesimpulannya, ia merasa tak cocok dengan agama ini.
Pencarian pun berlanjut. Ia beralih kepada Buddha. Kebetulan, Ruben yang bekerja paruh waktu di pom bensin berteman dengan seorang beragama Buddha. Ia tercengang ketika tahu Tuhan Buddha berkepala gajah.
“Mengapa Tuhan memiliki kepala gajah? Dapatkah kita memilih kepala singa? Atau sesuatu yang lebih perkasa?” tanya Ruben kepada temannya.
Ruben menganggapnya tidak logis. Ia juga sempat mempelajari agama Mormon. Awalnya, dia menilai, ajaran agama ini sangat baik karena tidak memperbolehkan penganutnya meminum alkohol, kafein, dan cola. Namun, Ruben tidak menemukan kebaikan iman di agama ini. Ia kemudian menyelidiki agama Yahudi. Namun lagi-lagi, Ruben tidak menemukan apa yang ia cari.
Merasa upayanya sia-sia, Ruben pun menemui seorang temannya untuk berkonsultasi. Si teman yang beragama Kristen pun bertanya, “Bagaimana dengan Islam?”
Ruben pun sontak menolak. ”Apa? Islam? Untuk apa aku menyelidiki agama terorisme? Gila!”
Bagai menelan air ludah. Terbukti, lidah Ruben tak sesuai dengan tubuhnya. Ia kemudian melangkah memasuki masjid ketika suatu kali melewatinya.
“Saya tidak tahu apa yang menggerakkan saya, yang jelas saya menanggalkan sepatu dan langsung masuk begitu saja. Saya pikir, saya akan mati di masjid karena ketika itu saya satu-satunya orang kulit putih,” kata Ruben.
Ruben pun bertemu dengan seorang pria berperawakan besar asal Timur Tengah, berjanggut dan mengenakan gamis. Ruben menggambarkannya persis mirip para tersangka teroris. Yang mengagetkan, sosok tersebut menyapa sangat ramah, bahkan menyuguhkan sajian layaknya menerima tamu.
”Namanya Abu Hamzah,” ujar Ruben. Ia masih ingat, ia sangat kaget mendapat perlakuan seperti itu.
Ruben pun serta-merta menanyakan banyak hal tentang Islam. Misalnya, mengapa Abu Hamzah berjanggut dan mengapa Muslimah berhijab. Ia menanyakan pula mengenai praktik poligami dan lain sebagainya. Saat itu, Ruben dengan sombong menyangka pertanyaan itu sangat berat dan akan menyulitkan Abu Hamzah. Namun, lagi-lagi Ruben tercengang. Abu Hamzah mengambil Al-Quran dan menjelaskannya sesuai firman Allah SWT.
“Mereka selalu membuka Al-Quran untuk menjawab dan sama sekali tidak beropini sendiri. Mereka mengatakan tak boleh beropini tentang firman Tuhan,” tutur Ruben.
Ia pun membawa pulang sebuah kitab Al-Qur’an dari masjid tersebut. Ruben membaca terjemahannya dan sangat terkagum-kagum. Ia terpesona bagaimana Al-Qur’an menjelaskan proses penciptaan manusia. Butuh enam bulan bagi Ruben untuk menelaah Al-Qur’an, hingga ia menyimpulkan, “Inilah yang aku cari dan perlukan.”
Dari tahap awal tersebut, Ruben pun berpikir untuk menantang Allah SWT sebelum benar-benar bersyahadat dan memeluk Islam. Ia menyalakan lilin, duduk di dekat jendela, seraya berkata, “Allah, ini adalah saat bagi saya untuk terjun ke Islam. Yang saya butuhkan hanya sebuah tanda. Hanya tanda kecil, mungkin sedikit petir, atau mungkin rumah yang runtuh.”
Lama ia menunggu, tidak ada tanda apa pun. Lilin yang ia harapkan padam sebagaimana yang sering ia lihat di film, tidak terjadi. “Ayolah Allah, satu saja,” Ruben memaksa.
Namun, tetap tidak ada apa pun yang terjadi. Ruben merasa kecewa kepada Allah. Dengan perasaan kecewa, Ruben kembali membuka Al-Qur’an, kemudian membaca ayat, “Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari, dan bulan untukmu. Dan, bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT.) bagi kaum yang memahami-(nya).”
Membaca ayat tersebut, bulu roma Ruben berdiri. Ia segera lari ke tempat tidur dan sembunyi di balik selimut. Berkeringat dingin, ia tidak mampu melakukan apa pun saking takutnya.
“Betapa arogannya saya ketika itu menantangNya, padahal matahari dan semua yang diciptakan-Nya merupakan tanda-tanda.”
Ruben pun kembali ke masjid dan bermaksud mengucapkan syahadat. Jamaah di masjid pun menyaksikan perubahan hidup Ruben menuju kebaikan.
Namun, Ruben mengaku kesulitan saat harus mengucapkan syahadat dengan bahasa Arab.
“Bisakah saya mengucapkannya dengan bahasa Inggris?” tawarnya kepada Abu Hamzah.
Tentu saja, permintaan Ruben tidak diizinkan. Meski harus berkali-kali keseleo lidah, akhirnya Ruben mampu bersyahadat. Usai mengucapkan syahadat, seluruh jamaah pria di masjid pun menciumnya. Saat itu, masjid dipenuhi jamaah karena bertepatan dengan hari pertama Ramadhan. Menurut Ruben, baru kali itu ia dicium begitu banyak pria. Namun, ia sangat senang. Ini peristiwa sangat berharga dan tak mungkin ia lupakan.
Sementara itu, keluarganya merasa cemas dengan keislaman Ruben. Mereka menyangka putra mereka telah masuk ke dalam kelompok teror.
“Mereka takut jika nanti saya memegang senapan AK 47 dan granat,” kata Ruben sembari tersenyum. Namun, hari demi hari, orang tua Ruben justru mendapati anaknya menjadi pribadi yang patuh dan baik. Mereka pun menyukai perubahan Ruben.
Bahkan, sang ayah ikut tertarik membaca Al-Quran. Dan berkata “Kini, kamu menjadi orang yang lebih bisa diandalkan, dipercaya, dan dapat dimintai tolong.”
seperti apakah kita
Masalah dapat terjadi setiap saat. Apabila kita tidak punya uang itu
masalah. Kita kaya juga masalah, karena kekayaan itu harus dipertanggung
jawabkan. Jadi, hidup itu tidak akan lepas dari masalah. Nah, saat
mengalami masalah, reaksi orang itu berbeda-beda. Ada yang diibaratkan
seperti wortel, telur, dan kopi.
Lalu apa sih maksud dari wortel, telur, kopi tersebut? Berikut penjelasannya.
Seorang wanita yang baru saja menikah, datang ke ibunya dan mengeluh soal tingkah laku suaminya. Setelah pesta pernikahan, baru ia tahu karakter asli sang suami keras kepala, suka bermalas-malasan, cuek, boros, dsb. Wanita muda itu berharap orang tuanya ikut menyalahkan suaminya.
Namun betapa kagetnya dia karena ternyata ibunya diam saja, bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara putrinya terus bercerita dan mengikutinya.
Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih. Sang ibu menuangkan air panas mendidih itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan. Di gelas pertama ia masukkan telur, di gelas kedua ia masukkan wortel. Dan di gelas ketiga ia masukkan kopi. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ke-3 gelas tadi, dan hasilnya:
Wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, dan kopi menghasilkan aroma yang harum. Lalu sang ibu menjelaskan:
“Nak, masalah dalam hidup itu bagaikan air mendidih. Namun, bagaimana sikap kitalah yang akan menentukan dampaknya.
“Kita bisa menjadi:
1. Lembek seperti wortel.
2. Mengeras seperti telur.
3. Atau harum seperti kopi.
“Jadi, wortel dan telur bukan mempengaruhi air. Mereka malah berubah oleh air. Sementara kopi malah mengubah air dan membuatnya menjadi harum. Dalam tiap masalah, selalu tersimpan mutiara yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja, tapi apakah kita dapat tetap bersyukur saat kita ditimpa masalah?
“Ada tiga reaksi orang, saat masalah datang, yaitu:
1. Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh dan mengasihani diri sendiri.
2. Ada yang mengeras, marah dan menyalahkan pihak lain.
3. Ada yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan bijaksana.”
Lalu apa sih maksud dari wortel, telur, kopi tersebut? Berikut penjelasannya.
Seorang wanita yang baru saja menikah, datang ke ibunya dan mengeluh soal tingkah laku suaminya. Setelah pesta pernikahan, baru ia tahu karakter asli sang suami keras kepala, suka bermalas-malasan, cuek, boros, dsb. Wanita muda itu berharap orang tuanya ikut menyalahkan suaminya.
Namun betapa kagetnya dia karena ternyata ibunya diam saja, bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara putrinya terus bercerita dan mengikutinya.
Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih. Sang ibu menuangkan air panas mendidih itu ke dalam 3 gelas yang telah disiapkan. Di gelas pertama ia masukkan telur, di gelas kedua ia masukkan wortel. Dan di gelas ketiga ia masukkan kopi. Setelah menunggu beberapa saat, ia mengangkat isi ke-3 gelas tadi, dan hasilnya:
Wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, dan kopi menghasilkan aroma yang harum. Lalu sang ibu menjelaskan:
“Nak, masalah dalam hidup itu bagaikan air mendidih. Namun, bagaimana sikap kitalah yang akan menentukan dampaknya.
“Kita bisa menjadi:
1. Lembek seperti wortel.
2. Mengeras seperti telur.
3. Atau harum seperti kopi.
“Jadi, wortel dan telur bukan mempengaruhi air. Mereka malah berubah oleh air. Sementara kopi malah mengubah air dan membuatnya menjadi harum. Dalam tiap masalah, selalu tersimpan mutiara yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja, tapi apakah kita dapat tetap bersyukur saat kita ditimpa masalah?
“Ada tiga reaksi orang, saat masalah datang, yaitu:
1. Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh dan mengasihani diri sendiri.
2. Ada yang mengeras, marah dan menyalahkan pihak lain.
3. Ada yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan bijaksana.”
Monday, December 16, 2013
Misteri Lima Gunung Berbahaya Di Dunia
Misteri Lima Gunung Berbahaya Di Dunia
Petualang asal Selandia Baru, Edmund Hillary dan pendaki gunung
Sherpa Nepal Tenzing Norgay menjadi orang pertama yang mendaki Gunung
Everest 60 tahun lalu.
Enam dekade kemudian, lebih dari 3.000 orang telah berhasil mencapai puncak tertinggi di dunia tersebut. Sebanyak 227 orang diketahui tewas saat mencoba mendaki.
Namun gunung mana saja yang paling berbahaya untuk didaki?
5. Siula Grande, Peru (6344 meter)
Siula Grand telah lama dijuluki gunung paling mematikan di Amerika — utara dan selatan — setelah merenggut nyawa puluhan pendaki.
Dataran tinggi di Peru ini, puncak tertinggi 6344 meter di Andes, memiliki sisi barat yang hampir vertikal, yang baru bisa ditaklukkan pada 1985.
Namun pendakian pertama lebih terkenal karena kisah yang mengerikan untuk bertahan hidup, yang menginspirasi film "Touching the Void" (2003).
Pria asal Inggris Joe Simpson ditinggalkan dalam keadaan tewas oleh teman dan kompatriotnya Simon Yates, setelah jatuh dari ketinggian 30 meter ke dalam jurang es.
Namun Simpson berhasil bertahan hidup dari walaupun mengalami patah kaki saat jatuh ke dalam jurang es tersebut dengan cara merayap di sepanjang gletser selama tiga hari.
4. Everest, Nepal/Tibet (8848 meter)
Gunung ini adalah gunung tertinggi di dunia dan sudah menelan beberapa korban nyawa, tetapi yang mengejutkan, Everest bukan gunung paling berbahaya di dunia.
Sekitar 3.000 orang berhasil menaklukkan puncak tertinggi gunung tersebut, 273 tewas.
Namun, Everest – yang dikenal orang Tibet dengan nama Chomolungma, atau ‘Ibu Suci’ selama berabad-abad sebelum orang Inggris memberi nama Gunung tersebut pada 1865, bukan berarti boleh dilupakan.
Dengan ketinggian di atas 8800 meter di puncak Himalaya, terdapat Death Zone yang terkenal. Hampir selalu terjadi kematian di sini.
Pada level ini, udara sangat tipis. Orang yang tidak pernah melakukan aklimatisasi (penyesuaian) minimal selama tiga bulan, akan kehilangan kesadaran dalam tiga menit di sini.
Medan yang tidak ramah, angin kencang, dan suhu di bawah nol derajat juga membuat penyelematan menggunakan helikopter tidak mungkin dilakukan, jadi para pendaki yang terjebak di tempat ini akan tewas.
3. K2, Cina/Pakistan (8611 meter)
K2, gunung kedua tertinggi di dunia, menjadi salah satu gunung yang paling berbahaya.
Satu dari setiap empat orang yang berjuang mencapai puncak gunung ini tewas.
Namun pegunungan di Himalaya ini (yang berbeda dengan Everest, tidak pernah didaki pada musim dingin) seperti menjadi kutukan bagi pendaki wanita.
Wanda Rutkiewicz asal Polandia adalah wanita pertama yang berhasil mencapai puncak gunung ini pada 1986.
Selama 18 tahun kemudian, lima wanita yang berusaha mendaki gunung ini meninggal.
Edurne Pasaban dari Spanyol akhirnya berhasil mematahkan kutukan tersebut pada 2004 — dan dia tetap hidup sampai sekarang.
2. Mont Blanc, Prancis/Italia (4810 meter)
Mont Blanc, Gunung terbesar di Eropa, hanya separuh ukuran Everest — tapi lebih banyak makan korban jiwa.
Hingga 100 pendaki meninggal setiap tahunnya di gunung ini, yang menjadi perbatasan antara Prancis dan Italia, dan hampir 8.000 pendaki tewas sejak pendakian pertama dilakukan.
Jumlah korban sebanyak ini karena, Mont Blanc berada di antara Alpen dan jantung Eropa, semakin banyak orang berusaha mendaki puncak gunung es ini dibanding gunung yang lain.
Gletser, yang juga terkenal dengan nama Death Mountain atau White Killer, sangat berbahaya karena longsor yang sering terjadi.
Pada musim panas lalu, sembilan pendaki tewas karena salju longsor sepanjang 150 meter.
1. Annapurna, Nepal (8091 meter)
Annapurna yang rentan longsor adalah gunung paling berbahaya.
Hanya 130 orang yang berhasil mencapai puncak. Dua dari lima pendaki meninggal, membuat gunung ini memiliki tingkat kematian paling tinggi sedunia.
Puncak Nepal, yang hanya berada di urutan ke-10 tertinggi di bumi, adalah gunung pertama dari 14 Eight Thousanders (gunung dengan ketinggian lebih dari 8.000 meter) yang diukur pada tahun 1950.
Namun reputasi gunung ini yang menakutkan membuat hanya sedikit pendaki yang berani menjelajah gunung ini.
Gunung ini dikelilingi Kali Gandaki Gorge, 5.486 meter dari puncak dan merupakan lembah terdalam di bumi. Selain itu, sering terjadi badai kejam yang dapat memicu longsor, yang dapat membunuh Anda.
Enam dekade kemudian, lebih dari 3.000 orang telah berhasil mencapai puncak tertinggi di dunia tersebut. Sebanyak 227 orang diketahui tewas saat mencoba mendaki.
Namun gunung mana saja yang paling berbahaya untuk didaki?
5. Siula Grande, Peru (6344 meter)
Siula Grand telah lama dijuluki gunung paling mematikan di Amerika — utara dan selatan — setelah merenggut nyawa puluhan pendaki.
Dataran tinggi di Peru ini, puncak tertinggi 6344 meter di Andes, memiliki sisi barat yang hampir vertikal, yang baru bisa ditaklukkan pada 1985.
Namun pendakian pertama lebih terkenal karena kisah yang mengerikan untuk bertahan hidup, yang menginspirasi film "Touching the Void" (2003).
Pria asal Inggris Joe Simpson ditinggalkan dalam keadaan tewas oleh teman dan kompatriotnya Simon Yates, setelah jatuh dari ketinggian 30 meter ke dalam jurang es.
Namun Simpson berhasil bertahan hidup dari walaupun mengalami patah kaki saat jatuh ke dalam jurang es tersebut dengan cara merayap di sepanjang gletser selama tiga hari.
4. Everest, Nepal/Tibet (8848 meter)
Gunung ini adalah gunung tertinggi di dunia dan sudah menelan beberapa korban nyawa, tetapi yang mengejutkan, Everest bukan gunung paling berbahaya di dunia.
Sekitar 3.000 orang berhasil menaklukkan puncak tertinggi gunung tersebut, 273 tewas.
Namun, Everest – yang dikenal orang Tibet dengan nama Chomolungma, atau ‘Ibu Suci’ selama berabad-abad sebelum orang Inggris memberi nama Gunung tersebut pada 1865, bukan berarti boleh dilupakan.
Dengan ketinggian di atas 8800 meter di puncak Himalaya, terdapat Death Zone yang terkenal. Hampir selalu terjadi kematian di sini.
Pada level ini, udara sangat tipis. Orang yang tidak pernah melakukan aklimatisasi (penyesuaian) minimal selama tiga bulan, akan kehilangan kesadaran dalam tiga menit di sini.
Medan yang tidak ramah, angin kencang, dan suhu di bawah nol derajat juga membuat penyelematan menggunakan helikopter tidak mungkin dilakukan, jadi para pendaki yang terjebak di tempat ini akan tewas.
3. K2, Cina/Pakistan (8611 meter)
K2, gunung kedua tertinggi di dunia, menjadi salah satu gunung yang paling berbahaya.
Satu dari setiap empat orang yang berjuang mencapai puncak gunung ini tewas.
Namun pegunungan di Himalaya ini (yang berbeda dengan Everest, tidak pernah didaki pada musim dingin) seperti menjadi kutukan bagi pendaki wanita.
Wanda Rutkiewicz asal Polandia adalah wanita pertama yang berhasil mencapai puncak gunung ini pada 1986.
Selama 18 tahun kemudian, lima wanita yang berusaha mendaki gunung ini meninggal.
Edurne Pasaban dari Spanyol akhirnya berhasil mematahkan kutukan tersebut pada 2004 — dan dia tetap hidup sampai sekarang.
2. Mont Blanc, Prancis/Italia (4810 meter)
Mont Blanc, Gunung terbesar di Eropa, hanya separuh ukuran Everest — tapi lebih banyak makan korban jiwa.
Hingga 100 pendaki meninggal setiap tahunnya di gunung ini, yang menjadi perbatasan antara Prancis dan Italia, dan hampir 8.000 pendaki tewas sejak pendakian pertama dilakukan.
Jumlah korban sebanyak ini karena, Mont Blanc berada di antara Alpen dan jantung Eropa, semakin banyak orang berusaha mendaki puncak gunung es ini dibanding gunung yang lain.
Gletser, yang juga terkenal dengan nama Death Mountain atau White Killer, sangat berbahaya karena longsor yang sering terjadi.
Pada musim panas lalu, sembilan pendaki tewas karena salju longsor sepanjang 150 meter.
1. Annapurna, Nepal (8091 meter)
Annapurna yang rentan longsor adalah gunung paling berbahaya.
Hanya 130 orang yang berhasil mencapai puncak. Dua dari lima pendaki meninggal, membuat gunung ini memiliki tingkat kematian paling tinggi sedunia.
Puncak Nepal, yang hanya berada di urutan ke-10 tertinggi di bumi, adalah gunung pertama dari 14 Eight Thousanders (gunung dengan ketinggian lebih dari 8.000 meter) yang diukur pada tahun 1950.
Namun reputasi gunung ini yang menakutkan membuat hanya sedikit pendaki yang berani menjelajah gunung ini.
Gunung ini dikelilingi Kali Gandaki Gorge, 5.486 meter dari puncak dan merupakan lembah terdalam di bumi. Selain itu, sering terjadi badai kejam yang dapat memicu longsor, yang dapat membunuh Anda.
Subscribe to:
Posts (Atom)