Saturday, February 2, 2013

Gua Pindul

Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya termasuk dalam kawasan karst pegunungan sewu dengan bentang alam yang unik. Selain fenomena di permukaan (eksokarst) yang berbentuk perbukitan karst, di Gunungkidul juga terdapat fenomena dibawah permukaan (endokarst) yang berbentuk sungai bawah tanah, lembah, telaga, hingga luweng dan goa. Karena itu tak heran jika Gunungkidul memiliki banyak goa yang terbesar di perut bumi.
Berawal dari datangnya tiga orang perempuan ke Desa Bejiharjo dengan tujuan untuk mencari buah-buahan, alhasil satu perempuan mendapat satu buah namun merasa kerepotan untuk mengupas atau membelah buah tersebut, kemudian bertemu dengan seorang lelaki yang membawa pisau ditangannya, perempuan tersebut lalu meminjam pisau laki-laki tersebut, sang laki-laki pun meminjamkan pisaunya dengan berkata: sebenarnya pisau ini tidak diperuntukkan untuk membelah buah namun karena tidak bisa makan buah tanpa menggunakan pisau maka ya...sudahlah silahkan dipakai, tapi pesan saya jangan sampai terkena atau melukai paha anda, kata laki-laki tersebut.
Berterimakasihlah perempuan tersebut kepada laki-laki itu dikarenakan mau meminjamkan pisau miliknya. Dengan hati-hari perempuan tersebut meletakkan buah diatas pahanya dengan maksud mudah untuk membelahnya namun apa yang terjadi pisau tersebut melukai paha perempuan tersebut sehingga berdarah dan saat itu juga pisau hilang dalam sekejap. Dengan rasa malu dan bersalah bercampur penyesalan wanita tersebut memohon maaf pada laki-laki itu. Lelaki pun berkata : yang sudah terjadi biar itu berlalu jangan disesali dan jangan bersedih, dengan kejadian yang kamu alami saat ini maka sesuatu akan terjadi terhadap dirimu dan saya tidakl bertanggung jawab atas apa yang akan menimpamu, bila suatu hari nanti mencari diriku, aku di Gunung Merapi ( terletak di Kabupaten Sleman Yogyakarta).
Seiring berjalannya waktu mengandunglah perempuan yang terkena pisau tersebut tanpa mempunya suami dan juga tidak melakukan hubungan intim layaknya suami istri. Perempuan tersebut merasa malu dirinya mengandung tetapi tidak mempunyai suami. Tiba saatnya jabang bayi yang dikandungnya lahir, namun apa yang terjadi jabang bayi tersebut berwujud seekor ular.
Bayi yang berwujud seekor ular telah keluar dari perut seorang perempuan cantik, dengan keadaan apapun sang ibu tetap merawat anaknya yang berwujud ular dengan memberi nama JOKO SENGUNGLUNG, namun para tetangga ketakutan dengan keberadaan sang bayi berwujud ular. Dengan terpaksa sang ibu pun memasukkan anaknya kedalam kenteng (batu putih yang ditatah sehingga menjadi bentuk peti dengan lubang diatas terbuka), kemudian dikuburnya dengan car menimbun dengan bebatuan.
Dalam keadaan terkubur dalam bebatuan ular tetap mampu bertahan hidupdengan mengandalkan makanan dari bangkai lowo (kelelawar) yang mati disekitarnyam maka tempat tersebut dinamakan MALOWOPATI, yang bisa diartikan mangan lowo mati (bahasa jawa), dengan bahasa indonesia; makan kelelawar mati.
Dengan berjalannya waktu, bayi ular yang bernama Joko Sengunglung semakin besar, kemudian berusaha untuk keluar dengan cara mengais bebatuan disekitarnya. Ular berhasil keluar meninggalkan bekas lubang sampai sekarang menjadi tempat mengalirnya air sungai bawah tanah dan ditempat ini aliran sungai muncul ke permukaan, maka tempat/lubang tersebut diberi nama SUMUR MODAL.
Ular berjalan mencari sang ibu dan bertemulah dengan ibunda. Dengan keyakinan ular berkata kepada ibunda; bahwa dirinya dilahirkan oleh ibu, maka pasti punya seorang ayah, siapa dan dimanakah ayah saya bunda? Sang ibu ularpun menunjukkan keberadaan sang ayah dengan menunjuk ke arah barat daya tertuju pada puncak Gunung Merapi (yang terletak di Kabupaten Sleman Yogyakarta).
Joko Sengunglung memohon doa restu kepada ibunda untuk mencari sang ayah di gunung Merapi. Perjalan dimulainya menuju arah Gunung Merapi. Perjalanan dimulainya menuju arah Gunung Merapi, kemudian berhenti sejenak mencari makanan, satu buah ditemukan bernama suru uwoh; suru nama buah sedang uwoh yang berarti buah, kemudian tempat tersebut diberi nama SRUWOH.
Untuk  mencari sang ayah yang berada di Gunung Merapi Joko Sengunglung melewati celah-celah bebatuan kapur dibawah gunung, sehingga merasa kesulitan untuk menembus, yang akhirnya dihentikan sementara perjalanannya  menuju Gunung Merapi untuk berdoa (menghentikan untuk berdoa, dalam bahasa jawa : diseget kanggo ngadang ). Ngadang artinya menengadah pada illahi, sedang disiget artinya dihentikan, kemudian tempat tersebut diberi nama Gedang (Disiget kanggo ngadang). Gedang merupakan sumber mata air (Sumber Gedang) dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari bagi warga sekitar dengan cara di pompa dan dialirkan melalui pipa-pipa kerumah warga.
Perjalanan dilanjutkan dengan cara menembus bebatuan sehingga meninggalkan bekas lubang yang sekarang disebut Goa. Berbagai halang rintang dilewatinya , sesampai dibawah gunung kecil (khas pegunungan seribu) Joko Sengunglung mendapat kesulitan lagi hingga bagian kepala kebendul batu (kebendul artinya terbentur benda diatasnya) hingga kesakitan, kemudian tempat tersebut diberi nama BANYUMOTO (airmata). Banyumoto berada tepat dipintu keluar Goa Pindul.
Perjuangan menmbus celah-celah bebatuan dilanjutkan hingga sampai dibukit kecil pinggir persawahan yang masyarakat sekarang menyebut goa gelatik. Ditempat ini Joko Sengunglung mempunyai keturunan/anak cucu yang bernama Buhu, Kikik dan Kembang, anak cucu ditinggal di goa gelatik dan dititipkan pada ibunya, sehingga tempat ini dinamakan Goa Gelati yang artinya Gelane Sethithik (rasa kecewa cuma sedikit).Di tempat ini masyarakat sekitar diberi pesan, bila melihat sebatang kayu melintang didalam goa katakan saja itu sebatang kayu (bila seseorang mempunyai kelebihan dan bisa melihat dimensi lain itu merupakan seekor ular)karena tidak akan mengganggu orang yang melewati goa ini.
Anak cucu dititipkannya oleh ibundanya, kemudian Joko Sengunglung melanjutkan perjalanan untuk menemui sang ayah. Sesampailah Joko Sengunglung di Gunung Merapi, percapakapan terjadi antara joko sengunglung dengan ayahnya, singkat cerita sang ayah mau mengakui bahwa Joko Sengunglung adalah anaknya dengan catatan Joko Sengunglung harus mampu melingkari Gunung Merapi dengan tubuhnya, maka disanggupinya oleh Joko Sengunglung. Setelah gunung dilingkari ternyata badan Joko Sengunglung belum mampu melingkari, kurang lebih masih kurang sejengkal tangan (sekilan ; bahasa jawa). Joko Sengunglung bertanya pada ayahnya, apa boleh kekurangan ini disambung dengan lidahnya, silahkan saja, yang penting harus mampu melingkari penuh gunung ini, kata ayahanda, maka disambunglah dengan lidahnya, dan alhasil gunung mampu dilingkari penuh oleh Joko Sengunglung, namun seketika hempasan pedang menyertainya wuuuueees mengenai lidah Joko Sengunglung hingga lidah terputus dan lidahpun menjelma menjadi tombak. Tombak tersebut bernama Tombak Baru Klinting (Tombak baru klinting sangat terkenal di babat tanah jawa).
Cerita ini masih berlanjut dan saling terkait dengan cerita rakyat ditanah jawa (babat tanah jawa), sehingga  bisa diketahui bahwa ibu dari Joko Sengunglung adalah seorang Dewi yang bernama Dewi sekar tanjung yang saat itu digandrungi/menjadi rebutan para bangsawan,antara lain Angling Darma, Slogoimo dan Ndaru Beksi dari gunung lawu. Disekitar desa Gelaran II Dewi Sekar Tanjung bermukim di sebuah bukit keciil yang sekarang tempat ini dinamakan gunung tanjung.
Sumber http://jogjaadventurecamp.com/2012/06/cerita-dari-goa-pindul/

Followers